PT Waskita Karya Tbk (WSKT) optimistis dapat mengembalikan kinerja di tahun 2021, segmen bisnis jasa konstruksi tetap menjadi andalan untuk meningkatkan profitablitas.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per Desember 2020, Waskita Karya mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 7,3 triliun. Hal ini utamanya disebabkan oleh peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol, penurunan produktifitas proyek, serta beban operasi yang cukup besar akibat Pandemi Covid-19.
Sepanjang tahun 2020 Waskita Karya tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp 4,74 triliun atau meningkat 31% dibandingkan tahun 2019. Kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah ruas tol milik WSKT yang telah beroperasi.
Selain itu, proses divestasi yang telah direncanakan oleh Waskita Karya pun tertunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19. Dari lima ruas yang ditargetkan untuk dapat dilepas, hanya satu ruas yang dapat terealisasi divestasinya.
Di sisi lain, Waskita Karya membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 16,2 triliun pada tahun 2020, turun 48% dibandingkan dengan Rp 31,4 triliun pada 2019. Faktor utama penyebab koreksi tersebut adalah menurunnya produktifitas operasional proyek selama pandemi Covid-19.
Destiawan mengatakan bahwa produktivitas Waskita Karya pada tahun 2020, yang diukur dengan rasio order book burn rate to sales, hanya mencapai 24,6%. Capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 dimana rasio burn rate dapat mencapai 35%.
“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak pada seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan, Kamis (31/3).
Waskita Karya juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp 19,87 triliun atau 123% dari capaian pendapatan usaha pada periode 2020. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.
Selama pandemi Covid-19, Waskita Karya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja.
Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi Waskita masih profitable. Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90% dari total pendapatan Waskita Karya di 2020.
Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp 14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp 1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8%.
“Pada lini bisnis konstruksi yang menjadi core compentecy, Waskita Karya masih sangat kuat. Ditambah dengan transformasi yang sedang kami lakukan, ke depan kami yakin kami akan jadi lebih efisien sehingga keunggulan kompetitif kami juga meningkat,” sambung Destiawan.
Destiawan menjelaskan bahwa bisnis konstruksi Waskita Karya akan dapat menjadi katalis turnaround kinerja. Keyakinan ini didasari oleh beberapa faktor seperti perolehan nilai kontrak baru, lini bisnis Waskita Karya yang terintegrasi, dan transformasi digital yang telah dinisiasi oleh Waskita Karya.
Pada tahun 2020, Waskita mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp 27 triliun. Pencapaian itu merupakan yang tertinggi dibandingkan emiten BUMN konstruksi lainnya.
WSKT juga mencatatkan kenaikan tingkat kemenangan tender menjadi 35% di tahun 2020, dibandingkan 34% pada 2019. “Kepercayaan dari pemilik proyek, baik Pemerintah, BUMN, dan Swasta menunjukan bahwa Waskita masih sangat kompetitif di industri konstruksi,” ucap Destiawan.
Ke depan, Waskita akan terus memperkuat pangsa pasarnya di proyek-proyek infrastruktur. Bukan hanya jasa konstruksi, lini bisnis manufaktur material konstruksi yang dimiliki oleh Waskita Karya juga dapat mendukung pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur ke depannya.
WSKT memiliki manufaktur beton pracetak dan readymix yang dikelola oleh PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). WSBP memiliki pabrik yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra dengan total kapasitas produksi sebesar 3,7 juta metric ton per tahun.
Selain beton pracetak, WSKT juga memiliki fabrikasi baja yang dikelola oleh anak usahanya yaitu PT Waskita Karya Infrastruktur. Fabrikasi baja tersebut berlokasi di Cikande Banten dengan kemampuan produksi mencapai 48.000 ton per tahun.
“Lini bisnis Waskita yang terintegrasi dari hulu ke hilir menunjang efektifitas pelaksanaan proyek, khususnya dalam bidang pengadaan material beton dan baja,” jelas Destiawan.
Kini, Waskita Karya tengah menggalakkan transformasi digital dan inovasi metode kerja. “Dengan penerapan teknologi informasi dan pengembangan metode konstruksi, kami akan mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing,” jelas Destiawan.
Selain itu, Destiawan menambahkan, dengan inovasi metode kerja, pekerjaan konstruksi akan dapat berjalan sesuai target ataupun lebih cepat, sehingga kepuasan pemilik proyek pun meningkat.
Dalam rangka meningkatkan kinerja lini bisnis konstruksi, salah satu bentuk transformasi digital yang dilakukan adalah melalui penerapan teknologi Building Information Modelling (BIM) pada setiap proyek yang dikerjakan. Pada 24 Maret, Waskita telah mengantongi sertifikasi ISO 19650-1 : 2018 dan ISO 19650-2 : 2018 tentang penerapan BIM pada tahap desain dan konstruksi.
“Penerapan BIM pada proyek akan meningkatkan efisiensi biaya dan waktu, karena data menjadi sangat rinci dan akurat,” jelas Destiawan.
Destiawan yakin lini bisnis konstruksi Waskita Karya akan kembali meningkat kinerjanya di tahun 2021 ini. Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal seperti program vaksinasi covid-19 dan meningkatnya anggaran infrastruktur dalam APBN yang akan menjadi pemicu perbaikan kinerja sektor konstruksi.
Sumber KOntan, edit koranbumn