PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus mengoptimalkan bantuan negara yang didapat melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1,2 triliun. Grup Head Sekretariat Perusahaan Pelindo Ali Mulyono mengatakan PMN tersebut juga dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) atau Pusat Wisata Kemaritiman Bali.
Ali mengatakan daam mendukung pembangunan BMTH, PMN yang diterima Pelindo digunakan untuk pengerukan alur dan kolam pelabuhan. “Hal itu terlihat dari progress update pengerukan alur dan kolam di area BMTH tahap 2 pada paket A dan B yang mencapai 13,2 persen dan 30,8 persen,” kata Ali dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (12/7/2022).
Dia menjelaskan, Pelindo tidak hanya melakukan percepatan pembangunan di sisi darat. Ali memastikan Pelindo juga berfokus pada pembangunan fasilitas di sisi laut khususnya kolam dan alur kapal.
“Hal ini sangat krusial mengingat BMTH diproyeksikan untuk mampu melayani kapal-kapal cruise dengan panjang hingga 350 meter dan mampu mengangkut total penumpang hingga enam rinu orang sehingga memberikan dampak ekonomi yang signifikan,” jelas Ali.
Untuk itu, Ali menuturkan pengerukan alur dan kolam di area BMTH akan terus dikebut. Hal tersebut dilakukan dengan pembangunan fasilitas di sisi darat Pusat Wisata Kemaritiman Bali.
Nantinya, kata Ali, alur dan kolam area BMTH akan merata hingga minus 12 MLWS dari sebelumnya minus 9 MLWSz “Ini harapannya mampu mengakomodir kunjungan cruise yang lebih besar,” ucap Ali.
Ali menambahkan, dukungan pemerintah dalam pengembangan BMTH yang diwujudkan melalui PMN tersebut diprediksi memberikan dampak ekonomi bagi pemerintah daerah dan pusat. Begitu juga dengan masyarakat secara langsung, mulai dari penerimaan pajak daerah, devisa dari wisatawan asing hingga pertumbuhan UMKM di kawasan Bali dan sekitarnya.
“Dari awal pembangunan BMTH ini diniatkan untuk memberikan semacam multiplier effect guna mendukung pengembangan ekonomi wisata di kawasan Bali sehingga mampu meningkatkan pendapatan warga melalui pengembangan UMKM dan pemerintah,” jelas Ali.
Sebelumnya Pelabuhan Benoa sendiri memiliki posisi strategis dalam rute pelayaran cruise dan yacht di Indonesia atau disebut dengan konsep Butterfly Route. Dalam pengembangannya, Benoa Cruise Terminal di Pelabuhan Benoa sebagai bagian utama BMTH diproyeksikan tidak hanya menjadi hub terminal cruise atau tempat sandar kapal pesiar terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.
BMTH juga akan menjadi pusat pariwisata kemaritiman yang dilengkapi dengan Marina Yacht, Yacht Club, Theme Park, Sport Facility, serta dilengkapi dengan beragam fasilitas yang mendukung industri. Begitu juga dengan aktivitas perekonomian seperti LNG Terminal, Liquid Cargo Storage, Wet Berth, Dry Berth, Bali Fish Market, dan juga retail UMKM.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut rencana pengembangan BMTH tidak bisa hanya dilakukan Kementerian BUMN seorang diri, melainkan adanya kerja sama dengan kementerian lain. Erick mengatakan pengembangan BMTH menelan dana investasi sebesar Rp 5,3 triliun dengan rincian Rp 4,2 triliun dari arus kas Pelindo III (sebelum merger) dan BUMN lain, serta sisanya berasal dari penyertaan modal negara (PMN).
Erick menuturkan Erick menyebut PMN bukan masuk ke dalam proyek pembangunan. PMN digunakan untuk pengerukan wilayah sekitarnya yang memang secara undang-undang sebagai tugas negara.
Erick optimistis kehadiran BMTH akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, Erick memberi prirotas terhadap pemberdayaan terhadap pengusaha lokal dan produk lokal.
“Kita tidak mau di ring satu ada merek asing, bukan kita anti asing, tapi bagaimana memastikan industri pariwisata, kreatif, makanan dan minuman yang lokal ini bisa tumbuh,” ucap Erick.
Sumber Republika, edit koranbumn