Kondisi ekonomi salah satu negara yang kaya akan minyak Venezuela tengah terpuruk akibat hiperinflasi.
Bank sentral Venezuela (Banco Central de Venezuela) melaporkan tingkat inflasi pada bulan Juli 2018 telah mencapai 82,766% (YoY). Dalam rentang waktu 26 hari, harga-harga kebutuhan pokok telah melonjak sekitar dua kali lipat.
Baik alasan politik maupun ekonomi menjadi sumber krisis Venezuela.
Dari sisi politik, kekurangan makanan, obat-obatan, listrik dan kebutuhan lain menyebabkan terjadinya kerusuhan dan ketidakstabilan politik.
Tidak seperti krisis keuangan Turki, krisis Venezuela tidak menimbulkan kepanikan pada pasar keuangan global, khususnya pada emerging market sehingga tidak memicu terjadinya capital outflow.
Hubungan ekonomi dan dagang Indonesia dengan Venezuela pun amat sangat kecil. Tercatat bahwa ekspor Indonesia ke Venezuela hanya sekitar 0,005% dari total ekspor dan impor Indonesia dari Venezuela hanya sebesar 0,002% dari total impor pada tahun 2017.
Tim riset ekonomi Bank Mandiri melihat ke depannya krisis Venezuela masih tidak akan memberikan dampak yang berarti pada Indonesia.
Selain itu, Indonesia masih memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat sehingga krisis seperti yang terjadi di Venezuela hampir tidak akan terjadi di Indonesia. Indikator makro ekonomi Indonesia saat ini juga masih sangat sehat. Kami memprediksikan inflasi pada akhir tahun 2018 tetap terjaga pada level sekitar 3,6%, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil pada 5,15%. Pelemahan nilai tukar IDR terhadap USD juga masih dalam batas wajar seiring dengan masih tingginya gejolak dan ketidakpastian global. Di akhir tahun ini, kami proyeksikan nilai tukar IDR berada pada level IDR14.635 per USD. (fr)
Sumber Situs Web Bank Mandiri