Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi tergerus hingga menjadi 4,7 persen akibat penyebaran wabah virus corona atau Covid-19. Disebutkan bahwa setiap perlambatan pertumbuhan ekonomi China sebesar 100 basis poin (bps), Indonesia akan terdampak 30 bps.
“Karena baseline kita di 5,02 di 2019, apabila terjadi pelamahan ekonomi dunia maupun RRT [China], kemungkinan negatifnya di indonesia bisa mencapai 4,7 persen,” kata Sri Mulyani usai rapat terbatas soal dampak virus Corona atau Covid-19 terhadap ekonomi Indonesia di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/2/2020).
Seperti diketahui virus Corona atau Covid-19 telah menginfeksi 77.660 orang di China. Negara ini menjadi pusat penyebaran virus yang telah menelan korban jiwa sebanyak 2.704 orang.
Sejumlah pengamat memproyeksi perekonomian China tahun ini akan terganggu dan berimbas pada negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan negara tersebut.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan oleh karena itu pemerintah menggelontorkan Rp10,3 triliun untuk memberikan insentif guna mendorong sektor konsumsi, investasi, dan pariwisata.
Pemerintah di antaranya akan memberikan tambahan uang kepada keluarga penerima manfaat sebanyak 30 persen menjadi Rp200.000.
“Itu diharapkan, karena itu kelompok penerima manfaaat kelompok di bawah 20 persen atau di bawah 30 persen terbawah, mereka akan langsung menggunakan untuk konsumsi,” kata Menkeu.
Kebijakan tersebut menyedot 44 persen dari total alokas anggaran untuk insentif. Kenaikan tersebut berlaku selama 6 bulan dan akan dimulai per Maret 2020.
Sebelumnya, hal senada disampaikan oleh Managing Director of Development Policy and Partnership World Bank Mari Elka Pangestu. Dia memproyeksi dampak wabah virus Corona atau Covid-19 berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang dari 5 persen. Padahal berdasarkan APBN 2020, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.
Mari menjabarkan sektor yang sudah pasti terkena dampak adalah pariwisata. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, jumlah kunjungan turis China pada tahun lalu sebanyak 2 juta orang dengan total sumbangsih devisa US$2,8 miliar.
Penutupan penerbangan langsung dari dan ke China sejak 5 Februari 2020 hingga waktu yang belum ditentukan akan mengoreksi devisa sektor pariwisata.
Selain itu, geliat usaha di dalam negeri juga akan terganggu, utamanya yang berkaitan dengan ekspor dan impor. Eksportir dan importir berhadapan langsung dengan menurunnya produktivitas China di tengah wabah virus Corona.
Menurut Mari, pemerintah dalam hal itu harus mendorong pertumbuhan dari dalam negeri sendiri. Strategi utama harus difokuskan pada penguatan daya beli masyarakat. Indonesia memiliki satu keuntungan karena memilki pasar domestik yang terbilang besar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn