Ekonom Bank Mandiri memperkirakan posisi cadangan devisa di akhir 2022 akan mencapai US$ 147 miliar hingga US$ 150 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, ketidakpastian masih akan menyelimuti sektor eksternal Indonesia pada tahun 2022.
Ia mengatakan surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan tahun ini, akan cenderung menyusut karena impor akan mengejar ekspor. Hal ini juga seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik meskipun ada tekanan sementara dari varian Omicron.
“Namun, meningkatnya konflik antara Ukraina dan Rusia telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas, khususnya di sektor energi,” tutur Faisal dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/3).
Selain itu, terjadinya geopolitik antar Rusia dan Ukraina juga akan mendukung ekspor dan mempertahankan surplus sampai batas tertentu.
Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa neraca transaksi berjalan pada tahun ini akan mencatat defisit yang lebih sempit yakni sebesar -2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0,28% dari PDB.
Kemudian, neraca keuangan tahun ini juga kemungkinan akan menghadapi beberapa risiko penurunan yang bisa akan menutupi potensi aliran masuk. Ia mengungkapkan, risiko yang kemungkinan dialami yakni termasuk gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung dan meningkatnya tekanan inflasi di tengah perang Ukraina-Rusia.
“Ini dapat berpotensi menghasilkan normalisasi moneter global yang lebih cepat daripada yang diantisipasi. Hal ini memang dapat memicu sentimen flight to quality atau menghindari risiko di pasar keuangan Indonesia,” jelas Faisal.
Lebih lanjut, Faisal memperkirakan ketidakpastian seputar pandemi Covid-19 akan tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai. Secara keseluruhan, Ia melihat bahwa Neraca Pembayaran pada tahun 2022 masih memiliki prospek untuk mencatat surplus, tetapi tidak setinggi pada tahun 2021.
“Perkiraan kami bahwa cadangan devisa dapat mencapai US$ 147 miliar hingga US$ 150 miliar pada akhir 2022,” imbuh Faisal
Sumber Kontan, edit koranbumn