Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Faisal Rachman memperkirakan inflasi tahunan akan tetap tinggi hingga semester I/2023, di mana inflasi berada di sekitar 5-6 persen (year-on-year/yoy).
Tingkat inflasi yang tinggi tersebut salah satunya sebagai dampak dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah pada awal September lalu.
Faisal menyampaikan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak hanya berdampak pada first round effect terhadap harga BBM dan tarif jasa transportasi, tetapi juga second round effect terhadap barang dan jasa lainnya, khususnya melalui biaya jasa distribusi.
“Ini berarti inflasi utama dan inti dapat memanas secara signifikan setelah kenaikan untuk beberapa periode ke depan,” kata Faisal dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (1/11/2022).
Adapun secara keseluruhan, Bank Mandiri memprediksi tingkat inflasi akan mencapai 6,27 persen hingga akhir 2022 dan menurun ke 4,02 persen pada akhir 2022.
Selain itu, Bank Mandiri juga merevisi perkiraan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) mereka menjadi 5,50 persen pada akhir 2022 dan menjadi 5,75 persen pada akhir 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi Indonesia pada Oktober 2022 secara tahunan tercatat sebesar 5,71 persen (yoy) dan secara bulanan sebesar 1,66 persen.
“Pada Oktober 2022 terjadi inflasi 5,71 persen dibandingkan tahun lalu [yoy],” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam keterangan resmi, Selasa (1/11/022).
Dia mengatakan penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan, antara lain harga BBM, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, tarif angkutan antar kota, tarif kendaraan online dan bahan bakar rumah tangga.
Sumber Bisnis, edit koranbumn