Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman memperkirakan ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh sekitar 5,17 persen pada 2022, lebih kuat dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 3,69 persen.
Peningkatan proyeksi tersebut dilihat dari konsumsi swasta, mesin utama perekonomian Indonesia, akan menguat seiring dengan pelonggaran PPKM yang meningkatkan permintaan dan mobilitas masyarakat. Dengan pulihnya permintaan, kata dia, tentu saja dapat mendorong kegiatan produksi dan investasi.
“Dengan permintaan domestik yang sehat, pertumbuhan ekspor yang stabil, kondisi fiskal yang prudent, dan manajemen Covid-19 yang solid, kami melihat bahwa ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh sekitar 5,17 persen pada 2022. Lebih kuat dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 3,69 persen,” kata Faisal dalam keterangan tertulis, Rabu (27/7/2022).
Inflasi Indeks Harga Konsumen (headline inflation), yang telah melampaui kisaran target inflasi dapat mengganggu daya beli rumah tangga hingga tingkat tertentu. Kendati demikian, menurut Faisal kinerja ekspor komoditas utama yang tinggi dapat terus menghasilkan pendapatan ekspor tak terduga dan pendapatan fiskal.
Hal tersebut, lanjut Faisal, memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan subsidi energi dan alokasi transfer tunai tanpa syarat sementara yang dapat menjaga konsumsi swasta, sekaligus tetap mengurangi defisit anggaran menuju konsolidasi fiskal pada 2023.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sebesar 5,22 persen pada 2023,” imbuhnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook (WEO) pada Juli 2022 kembali merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2022 dan 2023 masing-masing sebesar -0,4 ppt dan -0,7 ppt menjadi 3,2 persen dan 2,9 persen.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipangkas sebesar -0,1 ppt menjadi 5,3 persen untuk 2022, dan -0,8 ppt menjadi 5,2 persen untuk 2023.
Sumber Bisnis, edit koranbumn