Perusahaan jasa migas PT Elnusa Tbk (ELSA) mengaku kinerja bisnis sepanjang tahun 2020 berjalan cukup tertekan oleh beberapa faktor. Emiten ini pun menyiapkan sejumlah strategi untuk mempertahankan bisnis di tengah ketidakpastian industri migas.
Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan menyebut, pada dasarnya fluktuasi harga minyak dunia mempengaruhi kinerja ELSA secara tidak langsung. Dalam hal ini, tren penurunan harga minyak dunia serta pandemi Covid-19 yang terjadi membuat investasi di sektor hulu migas tersendat, sehingga ujung-ujungnya industri jasa migas yang digeluti oleh ELSA turut terdampak.
Pandemi Covid-19 juga membuat konsumsi BBM di sektor hilir sempat mengalami penurunan sehingga mempengaruhi kinerja bisnis jasa distribusi dan logistik ELSA. “Beberapa lini bisnis migas ELSA ada yang terpengaruh oleh beberapa faktor tadi. Namun, di sisi lain, ada pula lini bisnis yang tetap tumbuh,” ujar Wahyu, Selasa (29/9).
Dari situ, ia menyebut bahwa diversifikasi portofolio yang diterapkan ELSA pada akhirnya mampu merespons berbagai dinamika industri migas secara variatif.
Selain itu, secara konsolidasi, berkat diversifikasi portofolio yang ada, ELSA tetap mampu menghasilkan kinerja yang positif sepanjang tahun ini. “Walaupun bila dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya, kami mengalami penurunan sebagaimana perusahaan servis migas lainnya,” tambah Wahyu.
Asal tahu saja, pendapatan usaha ELSA naik 3,3% (yoy) di semester I-2020 menjadi Rp 3,9 triliun. Mayoritas pendapatan usaha anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut berasal dari segmen jasa hulu migas sebesar 54%, jasa distribusi dan logistik energi 42%, dan jasa penunjang 4%.
Namun, demikian, laba bersih ELSA terkoreksi 16% (yoy) menjadi Rp 130 miliar di semester I-2020. Adapun serapan capital expenditure (capex) ELSA di semester pertama lalu mencapai Rp 270 miliar atau 33,75% dari total capex di tahun ini sebesar Rp 800 miliar.
Manajemen ELSA pun sudah merevisi bahwa target pendapatan usaha di tahun ini turun 25% dari target awal yang ditaksir mencapai Rp 9,1 triliun. Hal ini tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 serta pelemahan harga minyak dunia yang berpengaruh pada industri hulu migas dan jasa penunjangnya.
Untuk meminimalisasi dampak lesunya investasi di sektor hulu migas, ELSA menawarkan strategi total solution service kepada para pelanggan dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Dalam hal ini, bila umumnya permintaan jasa hanya berupa satu layanan saja, maka sekarang ELSA menawarkan beberapa layanan relevan yang menghasilkan solusi dengan harga kompetitif bagi pelanggan.
“Dengan demikian, kami mengupayakan bahwa meski terdapat banyak penyesuaian, kami masih bisa menjaga kinerja,” ungkap Wahyu.
Dia melanjutkan, strategi diversifikasi portofolio juga akan terus dipertahankan dan diperkuat oleh ELSA.
Di segmen jasa hulu migas misalnya, ELSA fokus pada pengelolaan lapangan minyak serta jasa engineering, procurement, construction, operation & maintenance (EPC-OM). Sedangkan di segmen jasa distribusi dan logistik energi, ELSA berharap aktivitas konsumsi BBM nasional tetap stabil kendati terjadi pembatasan kegiatan di beberapa wilayah.
“Jadi melalui strategi ini, kami berupaya memaksimalkan profit yang bisa diperoleh dalam kondisi penuh tekanan ini,” tandas dia.
Sumber Kontan, edit koranbumn