Empat bank BUMN telah menyiapkan total dana sekitar Rp42,2 triliun pada tahun ini untuk merealisasikan rencana ekspansi bisnis secara anorganik.
Diwawancarai secara terpisah, bos keempat bank tersebut menyampaikan minat untuk mencari anak usaha baru lewat skema akuisisi atau pencaplokan perusahaan yang sudah beroperasi.
Secara garis besar, bank-bank pelat merah tengah mencari lembaga keuangan bank maupun nonbank demi memperluas skala bisnis. Hanya saja, belum semua bank memiliki persiapan yang matang terkait aksi korporasi tersebut.
Pada tahun ini, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menyiapkan dana untuk ekspansi anorganik senilai Rp6,7 triliun. Alokasi dana tersebut melonjak tajam dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya Rp700 miliar.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, kenaikan alokasi dana yang sangat signifikan dilakukan karena bank spesialis kredit pemilikan rumah tersebut benar-benar ingin merealisasikan akuisisi dua anak usaha baru, yakni perusahaan manajemen investasi dan asuransi jiwa pada 2019.
Rencana tersebut sebenarnya telah masuk dalam agenda perseroan sejak 2017 lalu tapi masih tak kunjung rampung. Emiten berkode saham BBTN tersebut diberitakan mengincar anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yakni PT PNM Investment Management. Konon sandungannya adalah faktor harga atau nilai valuasi.
Namun, kali ini, Maryono sangat optimistis aksi akuisisi akan berjalan mulus. Bahkan waktunya tak akan lama lagi. Itu berarti, kesepakatan antarpihak-pihak terlibat telah menemui titik temu.
“Untuk perusahaan manajemen investasi mungkin akan lebih duluan karena sudah di ujung [proses]. Insyallah kuartal I/2019 akan di-launching,” katanya, pekan lalu.
Sementara itu, terkait akuisisi perusahaan asuransi, Maryono mengungkapkan BTN masih mengkaji calon perusahaan target. Adapun, bidangnya akan lebih difokuskan pada asuransi jiwa sebab perseroan telah memiliki anak perusahaan yang bergerak di bisnis asuransi kerugian.
Ketika dikonfirmasi terkait minat untuk akuisisi perusahaan asuransi jiwa pelat merah Jiwasraya, Maryono tidak banyak bicara. “Sedang dalam proses. Ya ditunggu saja, yang penting sedang dilakukan kajian-kajian tapi namanya masih saya rahasiakan.”
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyebutkan telah menyiapkan dana Rp3 triliun—Rp4 triliun untuk membiayai ekspansi anorganik pada tahun ini. Menurut Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, pihaknya saat ini masih mengkaji penambahan anak usaha di bidang perbankan serta perusahaan arusansi kerugian.
“Target kami baik dari perusahaan perbankan ataupun lembaga asuransi kerugian untuk memperkuat visi kami sebagai lembaga keuangan,” ujarnya.
KELEBIHAN DANA
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan bahwa alokasi dana ekspansi anorganik tahun ini sangat besar yakni Rp30 triliun. Dana itu bersumber dari kelebihan permodalan.
Bank Mandiri akan menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada level 17% untuk jangka panjang. Adapun kondisi per akhir 2018 rasio CAR perseroan ada di kisaran 20,98%.
“Artinya ada excess 3%—4% yang nilainya sekitar Rp30 triliun bisa dimanfaatkan untuk ekspansi anorganik,” kata Tiko, sapaan akrabnya.
Alih-alih mengincar bank kecil, Menurut Tiko, emiten bersandi BMRI itu berpeluang mengakuisisi bank skala menengah. Adapun bidang bisnisnya lebih diminati yang bergerak di segmen usaha kecil menengah.
“Bank Mandiri kuat di segmen BUMN, korporrasi besar dan payroll. Jadi memang idealnya bank yang punya kemampuan di SME khususnya trading segment dan value chain karena kami belum terlalu kuat di situ,” ujarnya.
Meski begitu, Tiko mengaku pihaknya belum punya target akuisisi yang spesifik. Ketika disebutkan beberapa nama bank menengah yang masuk dalam bursa akuisisi, Tiko hanya tertawa. Dia berdalih saat ini valuasi bank skala menengah di Indonesia masih sangat tinggi lantaran banyaknya pembeli asing.
“Kalau saya preferensinya mid-size bank sebab size kami sudah Rp1.200 triliun sehingga jika ambil bank Rp20 triliun tidak terlalu signifikan. Kami belum ngomong nama, tapi sebagai pertimbangan jika kami berminat ambil bank, kami akan lihat valuasi yang sesuai sebab kalau bersaing di mid-size dengan bank-bank asing valuasinya jadi tinggi.”
Setali tiga uang, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga masih menggodok rencana akuisisi. Emiten perbankan berkode saham BBRI tersebut mengincar perusahaan asuransi umum agar bisnis layanan keuangan perseroan lebih komprehensif.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan perseroan sedang membandingkan beberapa calon perusahaan target. Meski berharap akuisisi dapat dilakukan pada paruh pertama 2019, Suprajarto menyebutkan belum ada kesepakatan yang terjalin dengan calon perusahaan yang dibidik.
Rencana ekspansi anorganik BRI tahun ini tidak semasif tahun lalu. “Alokasinya kecil, sekitar Rp1,5 triliun. Itu harus disediakan dulu kalau ada barang bagus,” kata Suprajarto.
Sebagai gambaran, pada tahun lalu BRI aktif menambah anak usaha nonbank. Tercatat BBRI melakukan aksi pembelian sebagian saham PT BRI Ventura Investama, PT Danareksa Sekuritas dan PT Danareksa Investment Management.
Ekspansi anorganik merupakan rencana jangka panjang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan bisnis perusahaan. Setiap langkah perlu diperhitungkan secara matang agar aksi korporasi yang dilakukan mampu membuahkan hasil sesuai harapan.
Sumber Bisnis edit koranbumn