Memasuki paruh kedua tahun 2024, perekonomian global akan memasuki tren baru, yaitu tren penurunan suku bunga dan tren penuruan yield di pasar obligasi. Hal ini terlihat dari pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan oleh beberapa Bank Sentral dunia. European Central Bank (ECB) dan Bank of Canada yang sudah memulai memangkas suku bunganya.
Pada pertemuan kebijakan yang dilaksanakan pada Kamis pertemuan kebijakan Kamis (6/6/2024) lalu, ECB memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk pertama kalinya, sejak 2019 dari level tertingginya sebesar 4,5%. Keputusan ECB ini, mengikuti langkah Bank Sentral Kanada, Swedia, dan Swiss yang telah terlebih dulu memulai siklus penurunan suku bunga.
Ekonom Senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Emil Muhamad mengatakan, tren penurunan yang telah ditunjukkan oleh beberapa bank sentral negara-negara maju di kuartal ini menandakan era higher for longer tak lagi relevan untuk lingkup global. Dengan demikian market bond global mendapatkan katalis positif dengan adanya tren penurunan suku bunga ini. Apalagi nanti setelah The Fed dan Bank of England juga mengikuti tren yang akan menjadi tambahan katalis positif terhadap perekonomian global.
“Kedua bank sentral ini (The Fed dan Bank of England/BOE) kami ekspektasikan akan mengikuti langkah pemangkasan suku bunga pada semester kedua tahun ini. Merujuk pada konsensus, pasar memperkirakan bahwa BOE akan melakukan pemangkasan di kuartal III sedangkan The Fed akan melakukannya pada Kuartal IV tahun ini. Era baru penurunan suku bunga ini akan menjadi sentimen positif ke bond market. Kuartal III tahun ini akan menjadi kuartal yang cukup baik untuk pasar bond global dan SBN,” ujar Emil.
Meski saat ini terjadi anomali di mana The Fed yang secara historical selalu memimpin tren dengan memulai melakukan pemangkasan suku bunga lebih dulu dibandingkan bank sentral negara lain, kali ini didahului oleh beberapa bank sentral seperti ECB dan Bank of Canada. Hal ini dikarenakan pola pemulihan ekonomi dan inflasi di Amerika Serikat berbeda dengan kondisi yang terjadi di Eropa.
“Tingkat inflasi di negara-negara Eropa seperti Swiss dan Swedia turun lebih cepat. Pemulihan ekonomi di Eropa yang terjadi lebih cepat membuat Bank Sentralnya mengubah ekspektasi dan beranggapan tak lagi membutuhkan suku bunga yang tinggi. Lain halnya dengan Amerika Serikat yang kondisi penurunan inflasinya sedikit tertinggal dibanding Eropa. The Fed pada meeting bulan Juni lalu telah mengubah ekspektasi pemangkasan suku bunga menjadi hanya satu kali pemotongan dari sebelumnya 3 kali pemotongan,” tambah Emil.
Proyeksi dimulainya tren penurunan suku bunga global ini akan menjadi angin segar bagi investor di mana setelah selama tiga tahun terakhir return bond market Amerika Serikat mencatatkan return negatif sebesar 10 persen (US Treasury Total Return Index). Penurunan suku bunga oleh The Fed akan membuat kinerja bond market Amerika Serikat akan berbalik positif ke depan. Sehingga akan memberikan dampak turunan kepada tingkat return obligasi dan SBN di Indonesia.
“Untuk saat ini katalis positif bagi pasar obligasi dalam negeri hanya datang dari sentimen global. Di mana penurunan suku bunga global akan membawa performa kelas aset pendapatan tetap global akan membaik sehingga juga akan berdampak positif bagi pasar SBN dan obligasi dalam negeri. Dengan meredanya tekanan global terhadap ekonomi domestik, maka kami mengasumsikan BI dapat menjaga tingkat suku bunga tetap hingga kuartal IV. Sementara untuk menjaga Rupiah, BI masih memiliki banyak alternatif tools yang dapat dijalankan seperti intervensi di pasar spot dengan memanfaatkan peningkatan cadangan devisa, intervensi pasar DNDF, dan intervensi di bond market,” tutup Emil.