Produsen baja pelat merah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) tengah fokus untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan produktivitas pada tahun ini.
Keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk tidak menaikkan tarif listrik pada periode kuartal II-2020 disambut baik oleh perusahaan ini.
Direktur Utama Krakatu Steel, Silmy Karim, menjelaskan, ketika tarif listrik naik, maka harga pokok penjualan KRAS juga akan meningkat. Dengan begitu, maka harga jual produk hot rolled coil (HRC) dan cold rolled coil (CRC) menjadi tidak kompetitif.
Lebih lanjut, ia bilang, kebutuhan listrik sendiri menjadi salah satu komponen HPP HRC dan CRC KRAS. “Kontribusinya sendiri sebesar US$ 11,7 per ton dalam cost structure HPP KRAS,” ujarnya pada Kontan, Kamis (5/3).
Per Januari tahun ini, KRAS berhasil menekan biaya operasional (opex) dari US$ 33 juta per bulan menjadi US$ 18 juta per bulan. “Dengan tarif listrik yang tidak naik, maka opex KRAS tetap berada di angka US$ 18 juta per bulan. Sehingga cash flow perusahaan dapat tetap positif,” papar Silmy.
Sembari terus melakukan efisiensi, KRAS juga terus mengejar target penjualan agar EBITDA dan cashflow perusahaan ini tetap positif seperti capaian di bulan Januari 2020.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 Silmy menargetkan agar KRAS mampu memproduksi 5 juta — 6 juta ton baja demi memenuhi keperluan baja dalam negeri.
Rinciannya 2 juta — 3 juta ton diproduksi Krakatau Steel, dan 3,2 juta ton diproduksi Krakatau Posco. KRAS berharap dapat menghasilkan kinerja bottom line yang positif pada 2020.
Sumber Kontan, edit koranbumn