PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mengakui rasio kredit terhadap PDB nasional masih sangat rendah. Perseroan pun menyatakan akan tetap fokus pada perluasan number of account untuk mendongkrak rasio tersebut.
Direktur Corporate Banking Silvano Rumantir menyampaikan rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih 35,47%, atau masih di bawah Singapura dan Thailand yang masing-masing 136% dan 118%.
Menurutnya, hal ini juga tak lepas dari rasio dana pihak ketiga (DPK) terhadap PDB yang posisi Indonesia masih di 37,88%, atau masih di bawah Singapura dan Thailand yang masing-masing 136% dan 121%.
“Jadi kita memang masih di bawah Thailand dan Singapura. Uang yang masik ke sistem perbankan memang masih sangat rendah. Maka dari itu memang kita masih tetap fokus pada inklusi keuangan,” katanya, dalam Webminar Bisnis Indonesia Business Challenges 2021, Selasa (26/1/2021).
Adapun, dia menjelaskan BNI masih terus mendorong number of account (NoA) baik dari nasbah tabungan maupaun nasabah pembiayaan.
Dengan pemanfaatan digital saat ini, perseroan telah mampu meningkatkan NoA tersebut lebih baik tanpa perlu bertemu secara fisik. Perseroan juga memanfaatkan agen laku pandai secara aktif untuk dapat terus menjaring nasabah-nasabah di luar jaringan kantor cabang.
Di luar itu, Silvano menyampaikan upaya perseroan juga menjadi agen penyaluran kredit usaha rakyat pemerintah. Dalam program ini, perseroan berupaya untuk menjari debitur baru yang sebelumnya belum terjamah oleh perbankan.
Adapun, BNI dipercaya oleh Pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp32 Triliun di tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat sebesar 45% dibandingkan alokasi plafond KUR BNI 2020 yang sebesar Rp22 triliun.
Strategi BNI dalam menyalurkan KUR adalah menciptakan ekosistem dan klastering, mengoptimalkan value chain debitur korporasi, penggunaan aplikasi kredit secara digital melalui BNI e-form, referal dari agen 46, serta bekerja sama dengan fintech atau e-commerce.
Sumber Bisnis, edit koranbumn