Satu tahun pasca penggabungan, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus berbenah dalam perbaikan layanan pelabuhan, hal ini dilakukan untuk mendorong transformasi baik di dalam diri Perseroan maupun perekonomian nasional.
Pada Triwulan III 2022, Pelindo berhasil membukukan tren positif pada kinerja operasional. Arus peti kemas mencapai 12,8 juta TEUS atau meningkat sebesar 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Demikian juga arus barang yang terealisasi sebesar 116 juta Ton, tumbuh 6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, untuk arus kapal yang keluar masuk pelabuhan mencapai 882 juta GT atau tumbuh 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, arus penumpang mencapai 10.9 juta orang atau meningkat 98% dibandingkan tahun sebelumnya, adapun pelonggaran kebijakan pembatasan mobilisasi masyarakat menjadi faktor utama peningkatan arus penumpang ini.
“Dengan transformasi dan peningkatan pelayanan yang secara kontinyu terus berlangsung, kami berharap tren positif kinerja Pelindo akan terus berlanjut dan dapat target perusahaan yang telah ditetapkan hingga akhir tahun 2022 dapat terpenuhi,” kata Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono.
Hasil dari transformasi Pelindo pasca merger mulai terlihat dari peningkatan kinerja dan produktivitas bongkar muat peti kemas di sejumlah terminal peti kemas. Dimana peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
“Bagi Pelindo, makin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun cargo owner juga dapat memetik manfaat efisiensi biaya dan business opportunity yang lebih besar,” ujar Arif.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan dan TPK Makassar kini jumlah bongkar muat naik dari 20 boks per kapal per jam menjadi 34 – 45 boks, bahkan mencapai 60 boks saat optimum. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal pun dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Ambon dan Sorong, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua hari menjadi satu hari.
“Selain itu, seluruh pelayanan terminal peti kemas kami kedepannya akan memiliki standar pelayanan yang sama sesuai dengan kelas masing-masing, hal ini tentunya memudahkan kontrol dan monitoring baik bagi kami selaku operator maupun pengguna jasa kami,” tambah Arif Suhartono.
Menandai satu tahun pasca penggabungan awal Oktober lalu, Pelindo meluncurkan sistem operasi pelabuhan peti kemas terintegrasi yang disebut Terminal Operating System (TOS) Nusantara. Sistem ini digunakan untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan membuat laporan seluruh aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, relokasi, serta pengaturan gerbang (gate in – gate out). Sistem baru ini telah digunakan di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Terminal Petikemas Makassar, dan secara bertahap akan dioperasikan pada terminal lain di Indonesia.
“Standarisasi bisnis dan pelayanan kedepannya diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik secara bertahap. Pada akhirnya, efisiensi biaya logistik ini dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional,” tutup Arif.
Sumber Pelindo