PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi mendapatkan rekomendasi perpanjangan ekspor konsentrat tembaga dengan kuota mencapai 2,3 juta ton hingga Juni 2023.
Adapun, kuota ekspor konsentrat tembaga itu relatif lebih tinggi dari alokasi yang sempat diberikan pemerintah sepanjang 2022 di level 2 juta ton.
“Kami telah mendapatkan rekomendasi ekspor dari Kementerian ESDM untuk jumlah [ekspor] sesuai dengan RKAB, yaitu 2,3 juta ton. Namun, dengan jangka waktu sampai dengan Juni 2023,” kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas saat rapat dengar pendapat (RDP) Umum dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Adapun, perpanjangan ekspor itu disetujui setelah tim verifikator independen memeriksa kemajuan pembangunan smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur yang menunjukkan realisasi 100 persen untuk periode Agustus 2022 hingga Januari 2023.
Seperti diketahui, hasil verifikasi itu diselesaikan pada pekan ketiga Maret 2023 untuk diserahkan ke otoritas perdagangan sebagai pertimbangan perpanjangan izin ekspor tahun ini.
“Kemajuannya sampai akhir Januari ini 54,5 persen dan itu adalah lebih dari 100 persen dari rencana karena rencananya adalah 52,9 persen,” tuturnya.
Adapun, smelter konsentrat tembaga kedua milik PTFI itu sudah menyerap investasi sebesar US$1,63 miliar atau setara dengan Rp24,25 triliun (asumsi kurs Rp14.883 per US$).
Di sisi lain, PTFI memproyeksikan total biaya smelter baru dan ekspansi smelter di kawasan ekonomi khusus itu dapat mencapai Rp3 miliar atau sekitar Rp44,64 triliun. PTFI menargetkan konstruksi smelter itu rampung pada Desember 2023.
Sementara itu, PTFI diketahui menetapkan hitung-hitungan RKAB tahun ini tidak jauh berbeda dengan posisi tahun lalu. Saat itu, penjualan tembaga dan emas berhasil menembus di angka masing-masing 1,58 miliar pound dan 1,8 juta ounce.
Torehan itu lebih tinggi dari pencapaian sepanjang 2021 yang berada di level 1,13 miliar pound untuk penjualan tembaga dan 1,34 juta ounce untuk emas.
Berdasarkan data konsolidasi aset PTFI, produksi tambang untuk tembaga mencapai 1,56 miliar pound sepanjang 2022. Angka itu lebih tinggi dari pencapaian 2021 di posisi 1,33 miliar pound.
Sementara itu, produksi emas berada di kisaran 1,79 juta ounce pada 2022. Adapun, produksi untuk tahun sebelumnya berada di level 1,37 juta ounce.
Di sisi lain, pemerintah masih meninjau ulang rencana moratorium ekspor konsentrat tembaga yang sedianya dilakukan pada Juni tahun ini.
Seperti diketahui, amanat moratorium ekspor mineral logam mentah sudah menjadi keputusan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah masih mengevaluasi kembali rencana penyetopan ekspor untuk konsentrat tembaga tersebut.
“Pemerintah sedang mengevaluasi dalam bulan-bulan ini,” kata Airlangga saat ditemui di KEK JIIPE, Gresik, Kamis (2/1/2023).
Sumber Bisnis, edit koranbumn