PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan proyek smelter yang berlokasi di Gresik terus berjalan pasca sejumlah kerja sama infrastruktur terkait diteken beberapa waktu lalu.
Head Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengungkapkan aktivitas Engineering Procurement Construction (EPC) serta pemasangan tiang pancang sedang dilakukan. “Perkembangan terkini, telah mulai pemasangan tiang pancang sejak 7 September 2021 lalu,” ujar Riza
Riza melanjutkan, secara bersamaan pekerjaan infrastruktur pendukung lainnya juga terus berjalan. Tercatat, Anak Perusahaan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) dan PT Freeport Indonesia (PTFI) menandatangani Perjanjian Sewa Tanah untuk pabrik smelter Tembaga dan Pemurnian Logam Mulia PTFI di KEK JIIPE Gresik Jawa Timur pada tanggal 27 Agustus 2021.
PTFI membutuhkan lahan dan layanan tambahan serta fasilitas di KEK JIIPE Gresik untuk pengembangan, pembangunan dan pengoperasian smelter dan pemurnian tembaga beserta infrastruktur pendukung dan fasilitas terkait. KEK JIIPE akan menyediakan tanah untuk disewakan serta utilitas dan layanan pendukung.
Perjanjian ini, menggantikan perjanjian sebelumnya, yaitu untuk sewa jangka panjang 80 tahun yang dibagi menjadi masa sewa awal 18 tahun, diikuti 2 tahun lagi dan kemudian dapat diperpanjang untuk 6 periode masing-masing 10 tahun, sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam Perjanjian Sewa Tanah.
Selain itu, PTFI PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS) operator Pelabuhan Laut JIIPE Manyar yang merupakan afiliasi PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) baru saja menandatangani perjanjian fasilitas pelabuhan di Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) pada 3 September 2021.
Manajemen AKRA dalam keterangan tertulis menyebutkan, nantinya PTFI bakal menggunakan fasilitas dermaga pelabuhan yang akan dibangun BMS untuk bongkar muat barang PTFI secara eksklusif termasuk pemasangan peralatan untuk mendukung kegiatan bongkar muat kapal PTFI.
Untuk mendukung pengoperasian fasilitas tersebut BMS akan membangun struktur dermaga untuk PTFI, yang di antaranya terdiri dari jetty, piers, trestle, bridge dan seawater intake building pada area reklamasi BMS yang telah selesai dibangun. BMS juga harus mengoperasikan dermaga PTFI untuk menangani semua kapal PTFI untuk proyek smelter.
Adapun perjanjian ini berlaku untuk 40 tahun dimana BMS akan memberikan hak ekslusif pada PTFI untuk menggunakan dan mengakses infrastruktur BMS selama periode tersebut untuk mendukung pembangunan dan pengoperasian proyek Smelter Tembaga dan Kilang Logam Mulia di KEK JIIPE Gresik.
Riza menjelaskan, pasca pihak BMS merampungkan pekerjaan lower part untuk infrastruktur dermaga, nantinya pekerjaan peralatan di atas concrete bakal dilakukan oleh PTFI. “Keseluruhan pekerjaan dermaga baik oleh BMS ataupun Chiyoda diselesaikan sebelum konstruksi smelter selesai. Investasi BMS sekitar US$ 51 juta,” pungkas Riza.
Sebelumnya, CEO Grup MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan pengerjaan proyek smelter PTFI membutuhkan insentif. Orias menjelaskan, kebutuhan insentif dibutuhkan pasalnya secara korporasi, proyek ini dinilai kurang menguntungkan mengingat nilai tambah pembangunan smelter tembaga hanya sekitar 5%.
“Proyek tembaga itu beda dengan komoditas lain. Nilai tambah smelter tembaga tinggal 5% sampai 7%, dibandingkan nikel 20%, timah 40%,” kata Orias dalam Konferensi Pers Virtual, Selasa (31/8).
Orias memastikan, pihaknya dibantu Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah bersurat dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM untuk meminta adanya insentif bagi proyek ini.
Sumber Kontan, edit kornbumn