PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC mencatatkan penurunan kinerja operasional selama 2020 akibat gangguan pengiriman barang baik ekspor maupun impor.
Direktur Utama IPC Arif Suhartono mengatakan selain ekspor dan impor, kunjungan kapal dari negara-negara produsen utama banyak mengalami gangguan. Hal ini tentunya cukup memberi dampak kepada kinerja operasional IPC secara keseluruhan.
Berdasarkan capaian kinerja operasional tak diaudit, arus peti kemas IPC selama 2020 tercatat turun 9,7 persen menjadi 6,92 juta TEUs dibandingkan dengan pada 2019 yang mencapai 7,66 juta TEUs. Adapun, untuk arus non peti kemas terealisasi sebesar 50,13 juta ton, lebih rendah 16,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 60,03 juta ton. Sementara itu, arus kunjungan kapal juga mengalami penurunan sebesar 14,7 persen dibandingkan 2019, yaitu dari 209,12 juta GT menjadi 178,41 juta GT.
“Meskipun capaian operasional unaudited pada 2020 IPC mengalami penurunan, tapi kami optimis tahun ini kegiatan industri global yang mempengaruhi arus ekspor-impor barang melalui bisnis kepelabuhanan akan membaik. Optimisme ini didukung dengan adanya peningkatan arus pengiriman barang pada Triwulan III/2020 lalu,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (2/2/2021).
Arief menambahkan selama pandemi, IPC juga berkolaborasi dengan perusahaan pelayaran dunia dengan memberikan pelayanan rute pelayaran langsung atau direct call ke sejumlah negara antara lain Australia, China, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Sementara itu, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1 tetap mencatatkan kinerja positif sepanjang 2020 meski di tengah pandemi. Hal itu terlihat dari segmen bongkar muat peti kemas yang tumbuh 6,35 persen dari 1,33 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit) pada 2019 menjadi 1,42 juta TEUs pada 2020.
Direktur Utama Pelindo 1 Dani Rusli Utama mengatakan peningkatan bongkar muat peti kemas ini lebih banyak didorong oleh perdagangan domestik. Keberhasilan ini katanya, dicapai berkat sejumlah strategi yang dilakukan Pelindo 1, antara lain mendorong investasi di Pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung, mempercepat inovasi dan implementasi digital, serta meningkatkan kolaborasi dan kerja sama.
“Alhamdulillah, meskipun secara umum kondisi usaha dan bisnis cukup berat pada 2020, Pelindo 1 tetap mencatatkan pertumbuhan di sejumlah segmen usaha. Dengan demikian, Pelindo 1 bisa mempertahankan kesinambungan pertumbuhan dari tahun ke tahun,” katanya.
Dani memaparkan Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan yang merupakan terminal petikemas terbesar milik Pelindo 1, mencatat bongkar muat peti kemas di terminal domestik sepanjang 2020 mencapai 575.300 TEUs, naik 7,85 persen dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 533.406 TEUs. Adapun lanjutnya, bongkar muat peti kemas untuk tujuan ekspor-impor sebesar 557.983 TEUs, relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan bongkar muat peti kemas yang signifkan terjadi di Pelabuhan Kuala Tanjung, dengan pertumbuhan sebesar 125 persen. Sementara kontribusi terbesar disumbang oleh Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, dengan porsi mencapai 80 persen dari total bongkar muat peti kemas Pelindo 1,” jelasnya.
Ditambahkan Dani, salah satu strategi yang dilakukan untuk mendongkrak kinerja pada 2020 adalah terus berinvestasi dan membangun infrastruktur di mana Pelindo 1 terus mengembangkan pelabuhan dan kawasan industri Kuala Tanjung. Alhasil, semakin banyak kapal-kapal besar yang singgah sehingga mendorong kenaikan kunjungan (trafik) kapal dari sisi kapasitas muat atau gross tonnage (GT) hingga 22 persen.
Untuk strategi lainnya, dia melanjutkan, adalah mempercepat inovasi dan digitalisasi. Sejauh ini, Pelindo 1 telah memaksimalkan dukungan teknologi informasi untuk semakin meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan di pelabuhan melalui hadirnya layanan E-Berthing, E-Ticketing, dan E-Pass.
Sumber Bisnis, edit koranbumn