Bumi Cendrawasih dinilai memiliki potensi di sektor agraris yang masih besar, seiring dengan banyaknya wilayah pegunungan, dengan lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) melakukan program pemberdayaan sumber daya manusia dan alam di provinsi Papua, guna menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan, baik bagi alam maupun masyarakat sekitar.
Di tengah transformasi pertanian 4.0, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (transfer of knowledge and technology) menjadi fokus dari program ini, dengan menggandeng para ahli pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sejak dimulai pada Februari 2021, tahap awal program ini telah melibatkan lebih dari 100 petani lokal serta memanfaatkan tiga hektar lahan di Kabupaten Sarmi dan Klaisu, Papua, yang memiliki potensi sebagai salah satu lumbung pangan di tanah Papua, karena kondisi geografisnya yang ideal untuk ditanami komoditas sayur-sayuran.
Pada aspek transfer ilmu pengetahuan, PKT mensosialisasikan metode pertanian menetap yang berkelanjutan. SVP Sekretaris Perusahaan PKT Teguh Ismartono, mengungkapkan Perusahaan melihat potensi lahan yang bagus dan ideal untuk dilakukan pengelolaan pertanian secara berkelanjutan, sehingga melalui program pemberdayaan masyarakat ini, PKT berkomitmen untuk mengembangkan lahan pertanian secara konsisten.
Bahkan kebanyakan petani lokal di Papua masih dan telah terbiasa dengan metode pertanian atau perladangan berpindah, yang mengharuskan mereka untuk berpindah dari satu ladang ke yang lainnya setiap musim panen berakhir. “Realisasi program berupa pembinaan dan pendampingan terhadap implementasi metode pertanian menetap, diharapkan dapat membuat para petani lokal, khususnya kelompok Mama-Mama Papua dapat memaksimalkan produktivitas hasil pertanian dan potensi lahan dengan lebih efisien dan berkelanjutan.”
Memiliki jumlah penduduk sekitar 200 orang (50 kepala keluarga), berjarak sekitar 80 km dari Pusat kota Jayapura atau sekitar 2 jam perjalanan dengan jalur darat dan berada di ketinggian sekitar 600 MDPL, Kampung Klaisu, Distrik Gresi Selatan, Kab. Jayapura, merupakan salah satu kampung terisolir dan tertinggal di wilayah Kab. Jayapura yang sampai dengan saat ini belum teraliri listrik.
Selain itu, seluruh masyarakat Kampung Klaisu bekerja sebagai petani tradisional dengan sistem ladang berpindah, yang hasilnya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk kesejahteraan, sehingga melalui program pemberdayaan ini, lahan seluas tiga hektar dimanfaatkan untuk membudidayakan berbagai komoditas unggulan dataran tinggi, seperti bayam, kangkung, sawi, kacang panjang dan buncis.
Lebih lanjut, kelangkaan dan harga sayur-sayuran yang tinggi di Papua masih kerap menjadi permasalahan. Hal ini terjadi lantaran pasokan sayur-sayuran khas pegunungan didatangkan dari Wamena, Kab. Jayawijaya, Prov. Papua, menggunakan pesawat dan bahkan luar Provinsi Papua, seperti dari Manado, Sulawesi Utara atau dari Pulau Jawa menggunakan kapal.
“Kekayaan alam dan kondisi geografis di wilayah kabupaten Jayapura menawarkan berjuta manfaat bagi ekosistem di sekitarnya. Sehingga melalui pemberdayaan ini, kami harap masyarakat dan petani lokal dapat memaksimalkan potensi sektor agraris di wilayah mereka sehingga mampu untuk mendorong ekonomi rakyat, khususnya melalui komoditas sayur – sayuran spesifik dataran tinggi,” tambah Teguh.
Sementara itu, dalam aspek transfer teknologi, PKT menyumbangkan satu unit traktor untuk semakin memudahkan beban pekerjaan para petani setempat. Traktor ini akan digunakan untuk membantu pertanian komoditas kacang tanah di Kabupaten Sarmi, yang saat ini membutuhkan traktor untuk pengolahan lahan dengan luas sekitar 10 hektar.
Upaya ini pun mendapatkan sambutan antusias dan positif dari masyarakat lokal. Bahkan, hingga saat ini, program ini telah mencatat hasil panen lebih dari 100 kg kacang panjang, 50 kg buncis, 20 kg bayam, 30 kg sawi, dan 40 kg kangkung. Selain transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, PKT juga memastikan kesejahteraan para petani dengan berperan sebagai penjamin pembelian hasil panen (offtaker) sehingga para petani tidak perlu khawatir terhadap keberlanjutan hasil panennya di pasaran.
“Rangkaian program kami di Papua ini merupakan tahap awal dari bagian tanggung sosial kami sebagai perusahaan yang mengedepankan keberlanjutan lingkungan serta sumber daya manusia di sektor pertanian, khususnya di wilayah di mana kami beroperasi. Melihat sambutan positif dari masyarakat, kami berharap jangkauan program ini dapat kami perluas sehingga kebaikan yang dipanen pun juga menjadi lebih banyak,” tutup Teguh.
Tentang PKT
PKT merupakan salah satu anggota dari PT Pupuk Indonesia (Persero) Group dan menjadi produsen pupuk Urea terbesar di Indonesia. PKT memiliki visi menjadi perusahaan berkinerja unggul kelas dunia di bidang nutrisi tanaman, agri solutions dan kimia.
Saat ini, PKT memiliki 5 unit pabrik Urea, 5 unit pabrik Amoniak dan pabrik NPK. Kinerja PKT telah diakui oleh berbagai instansi melalui berbagai penghargaan, seperti penghargaan The Most Trusted Companies pada ajang Indonesia Most Trusted Company 2020 dan Peringkat Emas Proper Nasional untuk keempat kalinya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020.