PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikabarkan tengah negosiasi dengan beberapa bank untuk refinancing atas utang senilai US$ 500 juta. Utang tersebut akan jatuh tempo pada 3 Juni 2020. Pembicaraan tersebut mengarah agar maskapai penerbangan Indonesia ini tidak gagal bayar.
Chief Executive Officer Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Bloomberg mengakui, ada tantangan besar yang tengah dihadapi maskapai penerbangan ini akibat corona virus.
Perusahaan ini terdampak buruk karena sejumlah perjalanan dibatasi. Tak hanya itu, pandemi virus corona telah memukul pasar penerbangan internasional milik Garuda Indonesia. Salah satunya adalah pembatasan masuk dari Arab Saudi. Padahal Garuda biasanya menerbangkan lebih dari setengah juta jamaah untuk umrah ke Mekah dan Madinah setiap tahun.
Tak hanya itu, Garuda juga telah memangkas jumlah penerbangan ke Singapura menjadi tiga per hari dari sebelumnya 10 kali per hari.
“Pasti tidak mungkin bagi kami default dalam notes ini,” kata Irfan dalam sebuah wawancara di Bloomberg.
Karena itu, Irfan bilang tengah berdiskusi dengan beberapa bank di luar Indonesia dan beberapa bank pemerintah. “Kemajuan diskusi cukup positif dan kamu menyelesaikan term sheet dengan mereka. Kami berharap bisa melakukan refinancing daripada restrukturisasi utang,” kata dia.
Bloomberg mencatat, utang Garuda telah mencetak rekor terendah 49,67 sen dollar.
Pada tahun ini, Irfan mengatakan, akan membatalkan pesanan yang tersisa dari 49 jet Boeing Co 737 Max yang telah ditunda selama setahun karena dua kecelakaan yang mematikan. Dia mengatakan, perusahaan ini ke depan akan fokus pada armadanya terutama pada pesawat yang diproduksi oleh Boeing dan Airbus SE.Dia menambahkan, 18 pesawat Bombardier Inc CRJ1000 mungkin akan dipindahkan.
Sumber Kontan, edit koranbumn