Menghadapi pandemi Covid-19, emiten maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengupayakan berbagai cara agar tetap bertahan. Salah satunya, melakukan renegosiasi agar biaya leasing atau biaya sewa pesawat menurun.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Irfan Setiaputra menjelaskan, proses negosiasi telah dilakukan dengan lessor. Sehingga, biaya sewa GIAA turun menjadi US$ 764,6 juta dari US$ 785 juta sepanjang tahun 2019.
Lebih lanjut Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk Prasetio menambahkan, penurunan biaya tersebut tengah dalam proses penyelesaian dokumentasi pada saat ini. “Penurunan biaya sewa sudah dalam penyelesaian dokumentasi. Diharapkan, penurunan US$ 12 juta per bulan ini akan conclude di Desember 2020 ini,” imbuhnya dalam acara InvesTalk Series yang digelar secara virtual, Kamis (10/12).
Adapun penghematan biaya sewa diharapkan bisa berlanjut hingga tahun 2021. Dengan demikian, tahun depan GIAA bisa menekan lagi biaya sewa hingga US$ 143,7 juta menjadi US$ 673,1 juta.
Irfan menambahkan, bahwa pos biaya sewa cukup memberatkan perusahaan. Sebab, seluruh pesawat yang dimiliki berstatus sewa. Sehingga, adanya renegosiasi akan meringankan kinerja keuangan GIAA. Di samping biaya sewa pesawat, emiten plat merah itu juga menegosiasikan perpanjangan masa sewa pesawat.
Asal tahu saja, selain melakukan renegosiasi biaya sewa, GIAA juga menerapkan strategi lain yakni relaksasi finansial, efektivitas produksi, dan networking restrecturing. Langkah-langkah ini diambil agar GIAA tetap bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang menekan bisnisnya.
Menurut pemaparan manajemen, kinerja operasional per Oktober 2020 masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Misalnya saja, available seat kilometer (ASK) yang tercatat 2,2 miliar atau setara 48,1% capaian bulan yang sama tahun 2019. Sementara, jumlah penumpang yang sebanyak 700.000 itu setara 27% dari capaian jumlah penumpang bulan Oktober tahun lalu.
Ada juga jumlah penerbangan kargo yang mencapai 21.980 ton pada bulan Oktober 2020 atau setara 83% dari capaian tahun 2019. Akan tetapi, jumlah penerbangan charter justru meningkat jadi 254 penerbangan atau melesat 564,4%.
Kendati beberapa kinerja operasional masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2019, kondisi ini jauh lebih baik daripada bulan April 2020 saat masa-masa awal pandemi Covid-19.
Sumber Kontan, edit koranbumn