PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengaku akan sulit untuk merealisasikan penurunan tarif tiket menjadi lebih murah selama masa pandemi Covid-19 di tengah ancaman kebangkrutan yang melanda maskapai global.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan ancaman kepailitan memang menghantui sejumlah maskapai baik nasional maupun internasional. Namun, memang maskapai internasional lebih dulu mengalaminya seperti yang paling dekat dialami oleh Thai Airways.
“Betul penting untuk memperoleh harga murah, tapi mohon dipahami hari ini industri penerbangan mengalami pukulan yang sangat besar, jumlah penumpang tinggal 10 persen. Kalau diminta diskon lagi tarif yang rendah mungkin klasifikasi kita sebentar lagi menjadi makin sulit,” jelasnya, Selasa (7/7/2020).
Maskapai pelat merah tersebut menyadari kerjasama seluruh pihak menjadi penting untuk mengalami masa pemulihan.
“Kita juga mengetahui juga banyak maskapai yang menyatakan kebangkrutan. Di dekat kita ada Thai Airways. Jadi gak usah terlalu kaget kalau dalam waktu dekat ada maskapai di Indonesia yang tidak tahan lagi,” tekannya.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat sejumlah maskapai masih mengharapkan stimulus dan dukungan lebih jauh dalam pemulihan industri penerbangan dan pariwisata.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto menyampaikan sejumlah bentuk dukungan yang dapat diberikan kepada operator angkutan udara diantaranya dengan memanfaatkan stimulus insentif pariwisata yang sebelumnya telah direncanakan dalam bentuk diskon tarif tiket pesawat.
Namun, pada prakteknya stimulus tersebut belum sempat diberikan akibat pandemi dan pembatasan perjalanan yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya, kata Novie, dengan pembiayaan parkir pesawat yang tidak beroperasi karena penyebaran Covid-19
Sumber Bisnis, edit koranbumn