Kabupaten Ponorogo diketahui sebagai salah satu dari 27 kabupaten penghasil tembakau di Provinsi Jawa Timur. Tembakau Virginia dan Tembakau Jawa adalah jenis tembakau yang banyak ditanam di Ponorogo selama sekitar empat dekade terakhir.
“Pasca kegiatan budidaya tembakau, limbah yang terserak di lahan masih belum banyak dimanfaatkan. Perlu ada terobosan untuk memanfaatkan limbah tembakau menjadi produk baru yang memiliki nilai tambah,” ungkap Ir. Sumarno, MM Plt Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro (Kadisperdagkum) Kabupaten Ponorogo.
Setelah sukses menyelenggarakan Pelatihan Asap Cair Dari Limbah Tembakau pada medio Oktober 2022, lanjut Sumarno, kami kembali menggandeng Ibu Okta Prima Indahsari dari Pusat Penelitian Tembakau Jember PTPN X sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan Pelatihan Pembuatan Briket Limbah Tembakau.
Pelatihan ini digelar selama empat hari berturut-turut mulai dari 7 hingga 10 November 2022 di empat lokasi yang berbeda. Pelatihan hari pertama digelar di Desa Sedarat Kecamatan Balong, hari kedua di Desa Purworejo Kecamatan Balong, hari ketiga di Desa Bringin Kecamatan Kauman, dan hari keempat dihelat di Desa Biting Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo.
“Ada sekitar 200 orang peserta yang berasal dari petani maupun IKM Tembakau yang tersebar di empat kecamatan di Ponorogo,” ungkap Sumarno yang juga putra asli daerah.
Penyelenggaraan pelatihan ini, sambung Sumarno, bertujuan untuk mencetak entrepreneur-entrepreneur baru yang mampu melihat peluang pasar dengan cara memanfaatkan limbah tembakau yang selama ini tidak dilirik menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah bagi kesejahteraan petani.
Untuk pendalaman materi secara indoor, narasumber menyajikan dua paparan bertajuk Selayang Pandang Tembakau Nasional dan Diversifikasi Produk Tembakau serta Syarat Mutu dan Pasar Briket. Sedangkan untuk praktek pembuatan briket, peserta melakukan seluruh proses mulai dari karbonisasi hingga pencetakan dengan menggunakan tiga varian perekat.
“Saya berharap kegiatan pelatihan seperti ini bersifat sustainable serta mampu memberikan multiplier effect yang positif bagi seluruh entitas tembakau, khususnya para petani sehingga kelak Ponorogo tidak hanya dikenal dengan budaya Reognya saja, namun juga termashyur berkat produk-produk diversifikasi tembakau yang diproduksi secara komersial,” pungkas Sumarno. (Sekper PTPN X)