Maskapai tetap menjalani prolong inspection yang ditetapkan oleh produsen manufaktur selama pandemi Covid-19 termasuk ketika mereka memilih memundurkan jadwal pemeliharaan.
VP Corporate Secretary dan Legal GMF AeroAsia Rian Fajar Isnaeni mengatakan selama pandemi sejumlah maskapai memang menggeser sejumlah prioritas, selain itu geraknya menjadi terbatas akibat perubahan regulasi. Pada prakteknya di lapangan ketika banyak pesawat yang dikandangkan atau grounded tidak otomatis membuat maskapai melakukan perawatan.
Adapula maskapai memilih memperpanjang program perawatan akibat rendahnya tingkat utilisasi pesawat. Hal ini membuat maskapai juga memilih memundurkan jadwal pemeliharaan.
Dia mencontohkan kontrak pesawat menjadi mundur dari jadwal semula akibat pembatasan warga asing untuk masuk ke Indonesia. Alhasil kondisi ini juga berdampak kepada jadwal redelivery pesawat yang ikut molor.
“Maskapai memang ada yang reschedule tetapi yang dimundurin bukan prosedur perawatannya tapi kontrak perawatannya. Namun sejauh ini prolong inspection tetap dilakukan kendati pesawat dalam keadaan tidak terbang akibat pandemi,” ujarnya, Senin (11/1/2021).
Prolong inspection dilakukan pada beberapa aspek, seperti mesin, kabin hingga sistem pesawat. Hal tersebut bertujuan menjaga pesawat tetap layak terbang, sesuai dengan aircraft manual masing-masing pesawat.
Pengecekan dan perawatan dilakukan agar saat pesawat kembali mengudara, pengguna dapat merasa nyaman dan aman. Pesawat akan dipersiapkan dalam 2-3 hari, sebelum siap kembali mengudara.
“Jadi, pesawat akan kita ambil dari storage 2-3 hari sebelumnya. Kita cek semua, baik dari mesin, kabin hingga sistemnya. Agar pesawat itu tetap aman dan nanti pada saat dipakai sudah reliable,” tekannya.
Sementara itu Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan prolong inspection menjadi hal yang tak terhindarkan karena bisnis utama penerbangan berbasis keamanan dan keselamatan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn