PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) kian mantap melebarkan sayap ke industri pertahanan seiring keberhasilan mengantongi sertifikasi dari perusahaan kedirgantaraan Amerika, Lockheed Martin, atas kapasitas perawatan pesawat Hercules C-130H untuk pekerjaan bongkar mesin (overhaul), perbaikan (refurbishment), dan modifikasi.
Kesuksesan ini tidak lepas dari langkah pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang tengah menggencarkan kerja sama pertahanan dengan negara-negara lain. Sertifikasi dari Lockheed Martin ini misalnya, didapatkan melalui kesepakatan imbal dagang atau offset project agreement (OPA) antara Kemhan dengan Lockheed Martin. GMFI dipercaya merawat semua armada C-130 Indonesia.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, menyatakan, adanya sertifikat tersebut menunjukkan dukungan atas kompetensi GMFI di bidang industri pertahanan. “Adanya sertifikat tersebut, kan, sebagai pendukung terhadap kompetensi mereka yang diharapkan bisa memberikan nilai lebih dan nilai tambah kepada mereka dalam memperbesar ekspansi,” ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis (17/3).
Menurut Reza, prospek GMFI di industri pertahanan dapat didukung oleh beberapa faktor lainnya. Salah satunya, kontrak perawatan pesawat yang diperoleh nantinya. “[Lalu] berapa besar capex untuk persiapan perawatan pesawat yang akan disiapkan dan berapa lama kontrak tersebut diperoleh,” jelasnya.
Reza melanjutkan, dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri pertahanan dalam negeri ini pun bakal berdampak positif. Hal ini perlu diikuti dengan termin pembayaran yang bisa membantu arus kas perusahaan agar dapat berjalan lancar, serta bantuan ekspansi government to government dari pemerintah untuk memperbesar perolehan pangsa pasar di mancanegara.
GMFI mendapatkan sertifikat dari Lockheed Martin setelah dilakukan penilaian oleh Indonesia Military Airworthiness Authority (IMMA). Penilaian meliputi verifikasi dokumen hingga pengujian kesesuaian dan fungsi. Sertifikasi tersebut dilakukan agar aspek kelaikan perawatan alat utama sistem senjata (alutsista), khususnya pesawat angkut dengan registrasi militer, memiliki standarisasi yang baik.
Berdasarkan keterangan GMFI, Lockheed Martin dalam hal ini juga memberikan technical data license, license agreement, dan service bulletin untuk modernisasi pesawat Hercules C130. Hal tersebut mencakup pekerjaan replacement center wing box dan avionic upgrade.
“Kami akan menyerap berbagai ilmu dan pengalaman dari Lockheed Martin dan partner-partner lain dalam setiap on site support yang diberikan, serta mempelajari manual data yang diberikan agar ke depannya GMF semakin siap dalam memperluas ekspansi ke industri pertahanan,” kata Direktur Utama GMFI Andi Fahrurozi.
Pengamat Pertahanan, Beni Sukadis, menilai masuknya anak perusahaan Garuda Indonesia dalam lingkup industri pertahanan ikut menjadi kabar gembira. Yang penting dan harus dilakukan pemerintah selanjutnya adalah menggencarkan lebih banyak co-production atau lisensi produk suku cadang untuk alutsista yang masuk dalam skuadron RI seperti F16 dan jet tempur yang akan dibeli seperti Rafale.
“Perlu dipikirkan prioritas imbal balik seperti apa yang memang dibutuhkan RI di masa mendatang,” kata dia.
Sebelum masuk ke industri pertahanan, GMFI fokus pada perusahaan perawatan, perbaikan, dan bongkar mesin atawa maintenance, repair, and overhaul (MRO) pesawat angkut dengan registrasi sipil. Sejauh ini, emiten mengantongi banyak sertifikasi dari badan regulator, seperti FAA, EASA, DGCA, dan CASA, serta lebih dari 25 negara lain di seluruh dunia
Sumber Kontan, edit koranbumn