Bank pelat merah yang tergabung dalam himpunan bank milik negara atau Himbara mencatatkan penurunan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) sepanjang 2022.
Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan penurunan BOPO 1.010 basis poin (bps) dari 74,30 persen pada 2021, menjadi 64,20 persen pada 2022.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan penurunan BOPO ini menjadi salah satu alasan BRI meraup laba jumbo pada 2022. “Rasio BOPO kami turun drastis. Kemudian, kami bisa tekan biaya kredit atau biaya cadangan untuk pemburukan kualitas kredit. Fee based income jug naik. Jadi laba pun besar,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bank-bank BUMN dengan Komisi VI DPR pada awal pekan ini (28/3/2023).
BRI sendiri telah membukukan laba bersih Rp51,4 triliun sepanjang 2022, atau melesat 67,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kemudian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan penurunan BOPO 991 bps ke level 57,35 persen pada 2022. Bank Mandiri sendiri telah mencatatkan laba Rp41,2 triliun sepanjang 2022, tumbuh pesat 46,9 persen yoy.
Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan penurunan pesat BOPO 1.255 bps menjadi 68,63 persen pada 2022 dibandingkan BOPO pada 2021 yang berada pada level 81,18 persen. BNI telah membukukan laba bersih sebesar Rp18,31 triliun atau tumbuh 68 persen yoy
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan memang dibandingkan bank Himbara lain yakni BBRI dan BMRI, BBNI mempunyai BOPO yang lebih tinggi. Artinya, BNI masih kalah efisien dengan kedua bank tersebut.
“Hal ini disebabkan karena dalam dua tahun belakangan kita bentuk banyak pencadangan. Biaya pencadangan naik, ada dampak ke BOPO. Akan tetapi ke depan kami harap BOPO menurun secara bertahap,” ujarnya.
Sementara itu, Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa tren penurunan BOPO di BNI ini didorong oleh upaya-upaya efisiensi beban operasional.
“BNI menekankan cost consciuousness terhadap seluruh unit kerja agar melakukan skala prioritas penggunaan anggaran beban operasional pada aktivitas maupun program yang berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan bisnis,” katanya kepada Bisnis.
Selain itu, BNI proaktif mendorong pendapatan operasional. “Kami juga berupaya meningkatkan transaksi nasabah di BNI agar berdampak optimal terhadap penerimaan fee based income,” ujarnya.
Terakhir, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan penurunan BOPO 328 bps, dari 89,28 persen pada 2021 menjadi 86 persen pada 2022.
BBTN sendiri melaporkan laba bersih Rp3,04 triliun sepanjang 2022 atau naik 28,15 persen yoy.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan meskipun terjadi penurunan, namun BOPO di BTN tercatat masih tinggi, apalagi dibandingkan dengan Bank Himbara lainnya. “Ini karena beberapa tahun belakangan kami banyak sediakan pencadangan, akibat kondisi masa lalu yang mempunyai cadangan minim,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn