Emiten kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. membukukan perolehan kontrak batu senilai Rp2,67 triliun per Februari 2021.
Realisasi itu mencerminkan ketercapaian 6,65 persen dari target nilai kontrak baru yang ditetapkan emiten dengan kode saham WIKA untuk tahun ini senilai Rp40,12 triliun.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menjelaskan 80 persen dari kontrak baru itu berasal dari segmen infrastruktur dan gedung. Sedangkan sisanya sebesar 20 persen berasal dari segmen industri, properti, dan EPCC
“Realisasi kontrak baru WIKA sampai dengan Februari 2021 adalah sebesar Rp2,67 triliun,” kata Mahendra kepada Bisnis, Senin (15/3/2021).
Pada awal Februari, Mahendra sempat mengungkapkan perseroan tengah dalam proses tender senilai total sekitar Rp15 triliun. Oleh karena proses tender masih berlangsung, Mahendra pun belum bisa menyampaikan proyek-proyek tersebut secara mendetail.
Dalam perkembangan terpisah, WIKA sampai saat ini belum merilis laporan keuangan tahunan 2021.
Sementara dari anak usaha, yaitu PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. membukukan koreksi pendapatan di sepanjang 2020 akibat proyek konstruksi yang sepi akibat pandemi.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2020, emiten dengan kode saham WEGE ini mencatatkan pendapatan senilai Rp2,81 triliun atau turun 38,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya Rp4,56 triliun.
Pelemahan pendapatan pun menggerus laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk. Anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. ini mengalami penurunan laba bersih sebesar 66,06 persen yoy menjadi Rp153,28 miliar dari sebelumnya Rp451,65 miliar.
Dilihat dari komponennya, jasa konstruksi masih menjadi tulang punggung perseroan dengan kontribusi 95,73 persen terhadap total pendapatan. Pendapatan jasa konstruksi tercatat turun 39,29 persen yoy menjadi Rp2,69 triliun.
Selanjutnya PT Wijaya Karya Beton Tbk. membukukan pendapatan senilai Rp4,80 triliun atau turun 32,18 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Rp7,08 triliun pada 2019.
Penurunan pendapatan pun menekan laba perseroan sebesar 75 persen menjadi Rp128,05 miliar.
Dilihat dari rincian penjualan berdasarkan Satuan Bisnis Unit (SBU), penjualan produk putar turun paling dalam sebesar 44,07 persen yoy menjadi Rp1,71 triliun. Sedangkan penjualan produk nonputar turun 28,30 persen yoy menjadi Rp2,16 triliun.
Penjualan untuk jasa naik tipis 8,14 persen menjadi Rp282,35 miliar sedangkan untuk konstruksi turun 12,60 persen menjadi Rp637,62 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn