Industri penjaminan kredit menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sepanjang 2021. Hal ini terlihat dari kenaikan outstanding penjaminan kredit seiring dengan bertambahnya penjaminan kredit usaha rakyat (KUR).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai outstanding industri penjaminan meningkat 18,25% yoy menjadi Rp 273,68 triliun hingga Mei 2021. Nilai terkumpul dari 20 perusahaan penjaminan baik dari BUMN, daerah maupun swasta.
Jika dirinci, outstanding tersebut berasal dari dua penjaminan yakni usaha produktif sebesar Rp 177,81 triliun dan non produktif senilai Rp 95,87 triliun. Dengan jumlah debitur terjamin menyentuh 18,26 juta orang.
Sejumlah perusahaan penjaminan juga mencatatkan kinerja positif. Salah satunya, Jamkrindo yang mampu meningkatkan volume penjaminan hingga 43% year to date (ytd) mencapai Rp 40,6 triliun per April 2021.
Berkat peningkatan itu, Jamkrinso menargetkan nilai penjaminan Rp 110 triliun pada tahun 2021. Guna mencapai target tersebut, Jamkrindo akan terus menerapkan pengelolaan risiko yang prudent melalui pendekatan product rationalization, efisiensi biaya dan peningkatan pelayanan.
Jamkrindo juga sudah menerapkan tiga pilar yaitu unit kerja teknis, divisi manajemen risiko dan PUKM, dan satuan pengawas intern (SPI). Ketiga pilar ini membantu tugas direksi dalam mengimplementasikan manajemen risiko di perusahaan.
“Selain itu kami fokus pada program bisnis dan pengembangan produk di luar penjaminan, Jamkrindo juga terus meningkatkan kehadiran di masyarakat melalui berbagai bantuan,” terang Direktur Utama Jamkrindo Putrama W Setyawan, pekan lalu.
Di sisi lain, Jamkrindo telah memberikan penjaminan kredit modal kerja (KMK) untuk mendukung pemulihan ekonomi (PEN) senilai Rp 17,3 triliun pada April 2021. Nilai penjaminan itu berasal dari 1.054 juta debitur.
Tak mau kalah, Askrindo telah memberikan penjaminan sekitar Rp 4,8 triliun hingga akhir Mei 2021. Nilai penjaminan itu diberikan kepada 8.130 juta pelaku UMKM melalui program PEN.
Dari realisasi itu, Jawa Tengah dan Jawa Timur mendominasi penyerapan penjamin, dengan serapan Solo mencapai Rp 228 miliar, diikuti Surabaya sebesar Rp 215,6 miliar dan Semarang Rp 201,1 miliar.
“Melalui penjaminan kredit modal kerja ini, kami berharap bisa meningkatkan permodalan pelaku UMKM, sekaligus menurunkan risiko kredit perbankan,” ujar Direktur Operasional Askrindo Erwan Djoko Hermawan.
Melalui penjaminan tersebut, ekonomi masyarakat tetap berputar, suplai barang dan permintaan semakin meningkat. Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja juga kembali terbuka.
Berdasarkan sektor usaha, penjaminan kredit modal kerja yang diberikan Askrindo masih didominasi sektor perdagangan dengan plafon mencapai Rp 3,3 triliun, penjaminan jasa dan sektor lainnya sebesar Rp 363 miliar, penjaminan bagi sektor pertanian dan kehutanan Rp 357 miliar.
Sumber Kontan, edit koranbumn