PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) telah membukukan komitmen pembiayaan sebesar Rp 106,76 miliar dengan nilai outstanding sebesar Rp 61,94 miliar hingga November 2020.
Adapun proyek yang telah dibiayai sebesar Rp 31,98 miliar.
Direktur Operasional dan Keuangan PT SMI, Darwin Trisna Djajawinata memproyeksikan, jumlah proyek yang akan dibiayai bertambah hingga akhir tahun 2020, lantaran dinamika pembiayaan pada akhir tahun sangat aktif.
“Jadi nanti kita lihat perkembangan di akhir tahun, rasanya angka ini akan terus bertambah,” kata Darwin dalam konferensi virtual, Rabu (30/12).
Darwin menuturkan, komposisi pembiayaan didominasi oleh kredit investasi dengan porsi mencapai 71% dari total komitmen. Jika diakumulasi hingga November 2020, konteks multiplier sudah mencapai 6,46 kali dari pembiayaan yang disalurkan.
Sementara jika dibandingkan dengan modal yang ditanamkan pemerintah untuk SMI, penyaluran sudah menciptakan multiplier hingga 22,6 kali dari keseluruhan nilai komitmen.
“Sektor-sektor pembiayaan pun beragam, dari proyek jalan tol, migas, jalan, air minum, dan lain-lain. Sebaran lokasi pun Alhamdulillah sudah reach out ke semua kawasan di Indonesia,” sebutnya.
Capaian komitmen tersebut membuat pendapatan usaha SMI meningkat. Pada November 2020, pendapatan usaha mencapai Rp 5,2 triliun dengan laba bersih di atas Rp 1,93 triliun.
“Laba bersih meningkat dibanding tahun sebelumnya. Laba bersih periode 2019 akhir ada (di kisaran) Rp 1,7 triliun, di bulan November 2020 mencapai Rp 1,93 triliun. Artinya kita terus tumbuh dari sisi laba bersih,” sebutnya.
Dari sisi aset, pihaknya memperkirakan aset bisa tembus lebih dari Rp 100 triliun, dari yang sebelumnya hanya Rp 75 triliun di akhir tahun 2019. Sementara ekuitas tumbuh dari Rp 36 triliun menjadi Rp 37 triliun (year to date/ytd) pada November 2020.
Adapun pada 2021 mendatang, outstanding pembiayaan diproyeksi tumbuh sebesar 42 persen, dari yang sebelumnya Rp 73,99 triliun menjadi Rp 105,12 triliun.
“Pertumbuhan ini berada di atas kisaran pertumbuhan kredit yang diproyeksi Bank Indonesia, OJK, dan LPS, berturut-turut sebesar 9%-11%, 5%-6%, dan 8,24%,” pungkasnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn