Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pariwisata dan Pendukung menargetkan pendapatan senilai US$23 miliar dengan 330 juta perjalanan domestik hingga 2024.
Direktur Project Mangement Office Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung Edwin Hidayat menjelaskan fungsi bandara saat ini vital bagi pariwisata Indonesia. Mayoritas atau 80 persen perjalanan penerbangan untuk tujuan wisata dan kondisi geografis Indonesia.
Namun, dengan pendekatan pengembangan teknokratis berdampak negatif pada ketahanan operasi bandara. bandara kedepan. Oleh karena itu, bandara mengembangkan konsep pengembangan berorientasi hub untuk meningkatkan nilai tambah bandara dan ekonomi lokal
Nilai tambah optimal ini, sebutnya, dapat dilakukan dengan kolaborasi pengembangan dan pengelolaan aspek pariwisata tiap Bandara antara Holding dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Ada target hingga 2024 yakni US$23 miliar earning dengan kontribusi 4,5 persen terhadap produk Domestik Bruto [PDB] hingga 2024 nantinya,” ujarnya, Kamis (19/8/2021).
Angka lainnya yang bakal dikejar holding BUMN ini adalah sebanyak 330 juta perjalanan domestik dan 17 juta turis inteenasional. Dengan demikian index Travel and Tourism Indonesia juga masuk falam peringkat ke-35 secara global.
Edwin menuturkan target tersebut sesuai dengan tujuan pembentukanHolding BUMN dan pendukung yang dapat mendukung ketahanan pelaku di ekosistem aviasi dan pariwisata. Diantaranya melalui Kemapanan Pembiayaan, Optimasi Layanan Bersama, Sinergi Bisnis yang Lebih Baik.
Pasalnya HoldingCo akan menggalang pendanan untuk group, di samping pendanaan internal secara bersama. Ke depannya, seluruh arahan strategis terkait dengan ekosistem ini secara terpusat berasal dari HoldingCo. Dengan demikian akan ada penyelarasan RKAP dan RJPP
“Akan ada penataan hub-spoke dan kolaborasi airline-airport-destinasi. Penggunaan sistem IT secara bersama,” imbuhnya.
Seperti diketahui hingga kini penyebaran pandemi Covid-19 di seluruh dunia memicu pembatasan mobilitas masyarakat di berbagai negara di dunia. Pembatasan tersebut menyebabkan penurunan signifkan pada lalu lintas penerbangan global pada 2022 dan secara gradual akan pulih dipicu oleh lalu lintas penerbangan domestik.
Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak signifkan pada lalu lintas penerbangan Indonesia. Lalu lintas penerbangan di Indonesia juga mengalami penurunan drastis yang tecermin pada penurunan angka pergerakan pesawat, pergerakan penumpang, dan pergerakan kargo pada Angkasa Pura II secara berurutan menjadi sebesar 844.000 pergerakan, 68 juta penumpang dan 1,14 juta ton.
Dia memproyeksikan proses pemulihan lalu lintas penerbangan di Indonesia akandiinisiasi oleh proses recovery pada bisnis cargo dengan proyeksi mencapai 1,2 juta ton pada 2022.
Sumber Bisnis, edit koranbumn