Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pariwisata dan Pendukung telah menyusun peta jalan dan strategi jangka panjang hingga 2025 yang dimulai dari pendekatan perjalanan domestik.
Direktur Project Mangement Office Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung Edwin Hidayat menjelaskan peta jalan pengembangan dan strategi holding BUMN pariwisata pendukung sampai dengan Desember 2021 adalah mengembangkan pariwisata domestik untuk mempercepat pemulihan pariwisata Indonesia akibat hambatan kedatangan turis asing pendekatan stimulasi domestik.
Fokusnya adalah meningkatkan kesiapan pariwisata, hotel,maskapai, bandara destinasi dan UMKM serta agen travel pada faktor keamanan dan kesehatan untuk bisa membuka kembali pariwisata domestik.
“Jadi outputnya list key requisites yang harus diperhatikan untuk membuka kembali pariwisata domestik,” ujarnya, Kamis (19/8/2021
Kemudian secara jangka pendek pada 2022, lanjutnya, barulah mengembangkan strategi pariwisata internasional untuk meningkatkan appealing pariwisata Indonesia bagi turis asing akibat Covid-19.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan simulasi tingkat permintaan internasional kemudian mengidentifikasi negara yang tergolong quick win. Holding BUMN melakukan penilaian destinasi yang dimaksud dengan negara quick win countries berdasarkan kepribadian turis.
Sementara, lanjutnya, untuk jangka panjang (2023-2025), holding akan mengembangkan strategi pariwisata untuk peningkatan kinerja sektor pariwisata dan menjadikan Indonesia tujuan pariwisata kelas dunia. Pendekatan yang dilakukan adalah permintaan atraksi destinasi.
Pihaknya bakal mengidentifikasi destinasi yang tergolong must win, must have, dan untuk berinvestasi di rute masa depan sesuai dengan karakteritik turis.
Terkait holding ini, komisi VI DPR RI mengawal dan memastikan Citilink Indonesia masuk dalam holding atau induk BUMN Aviasi dan Pariwisata (Indonesia Aviation and Tourism Holding Co) yang saat ini tengah dibentuk oleh pemerintah melalui Kementerian BUMN.
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron mengatakan masuknya maskapai penerbangan LCC (Low Cost Carrier) ini akan menggantikan induknya, Garuda Indonesia, yang saat ini masih dalam proses restrukturisasi atas sejumlah kewajiban kepada para kreditornya.
Selain keuangan Citilink yang sehat, masalah pertimbangan masuknya Citilink ke holding mengingat perusahaan ini merupakan anak usaha Garuda. Untuk sementara ini maskapai pelat merah tersebut belum masuk di tahap 1 holding karena masih dalam proses restrukturisasi kewajibannya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn