Menteri BUMN Erick Thohir kembali melakukan penataan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Kini, Danareksa telah diresmikan menjadi Holding yang membawahi beberapa perusahaan lintas sektor untuk memperkuat bisnis dan optimalisasi sumber daya perusahaan. Danareksa menjadi holding spesialis transformasi pertama milik BUMN yang berstandar dan berskala internasional.
Dalam peluncuran Holding Danareksa yang dilakukan di Jakarta, hari ini (20/7), Menteri Erick mengatakan, transformasi yang dijalankan BUMN, termasuk Danareksa telah mencatatkan hasil yang luar biasa. Dengan efisiensi dan konsolidasi serta dengan Good Corporate Governance yang baik, transformasi-transformasi ini terbukti menghasilkan peningkatan pendapatan pemerintah dari BUMN hingga Rp60 triliun di masa krisis pandemi lalu.
Erick menuturkan, tujuan dibentuknya holding ini adalah agar terciptanya sinergitas bisnis model di antara perusahaan BUMN yang tidak masuk dalam 12 klaster. “Ada perusahaan-perusahaan atau investasi BUMN yang saya rasa perlu pemikiran, pendampingan secara kontinyu. Padahal potensinya luar biasa,” ujar Erick. Ia menegaskan amanah untuk mengelola transformasi anak-anak perusahaan merupakan tugas besar yang harus dituntaskan dan tidak kehabisan ‘stamina’ di tengah jalan.
“Saya berharap apa yang kita lakukan sama-sama ini akan terus membesar dan terus berkontribusi kepada negara, partner, pemerintah daerah dan tentu swasta. tentu juga terus mendorong transformasi daripada usaha usaha dibawahnya karena ini bagian dari juga korporasi yang sehat dan pelayanan masyarakat yang baik dan di era perubahan yang terjadi ini saya mengharapkan Danareksa membuat terobosan-terobosan terus,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Erick menyampaikan apresiasi kepada Direksi dan Dewan Komisaris 10 BUMN yang kini menjadi anggota Holding Danareksa. “Saya mengucapkan terima kasih kepada direksi dan komisaris anak anak perusahaan holding yang terus bisa legowo, membuka diri bahwa kita harus bersinergi menjadi sebuah kekuatan tidak berdiri sendiri satu dan lainnya,” lanjutnya.
Direktur Utama PT Danareksa, Arisudono Soerono menyebut Holding Danareksa adalah holding yang unik. Bila holding BUMN lain pada umumnya bergerak di satu sektor industri, holding Danareksa justru menaungi beragam sektor industri. “Oleh karena itu, upaya pembentukannya cukup kompleks, dengan beragam pemangku kepentingan, dan diperlukannya 5 Peraturan Pemerintah, yang berkat dukungan Pak Menteri dan para hadirin sekalian, dituntaskan di awal tahun ini melalui PP Nomor 7 Tahun 2022 tertanggal 24 Januari 2022,” kata Ari.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022 terdapat 10 perusahaan BUMN yang bergabung menjadi anggota Holding, yakni PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Kawasan Industri Makassar, PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung, PT Nindya Karya, PT Balai Pustaka, dan PT Kliring Berjangka Indonesia. 10 perusahaan BUMN yang bergerak di Jasa Keuangan, Konstruksi, Kawasan Industri dan Teknologi ini menambah portofolio anak perusahaan dan entitas asosiasi Danareksa yang awalnya berjumlah 5 perusahaan, kini menjadi total 15 perusahaan.
“Selanjutnya sesuai peta jalan Kementerian BUMN, masih ada 6 BUMN lagi yang akan di-inbreng-kan sebagai tahap 2 holding Danareksa, yang kami rencanakan untuk dilakukan di tahun ini,” jelas Ari.
Sebagai induk holding, perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1976 ini berkomitmen berkomitmen untuk meningkatkan skala entitas yang dikelola dan memberikan manfaat kepada stakeholders melalui 25 inisiatif strategis di bidang Tata Kelola, Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi, Keuangan, dan Manajemen Resiko, serta pembentukan PMO-PMO untuk sinergi dan penciptaan nilai tambah.
Ari menjelaskan Holding Danareksa beranggotakan perusahaan BUMN skala kecil dan menengah dengan rata-rata aset sebesar Rp3,5 Triliun yang ketika dijadikan satu dibawah holding memberi kekuatan baru. “Pada saat disatukan menjadi holding, maka keseluruhan aset holding tahap 1 menjadi Rp49,1 Triliun dengan laba bersih di tahun 2020 proforma konsolidasi tahap 1 adalah Rp 468,6 miliar dan laba bersih tahun 2021 proforma konsolidasi tahap 1 adalah Rp796 miliar,” tambahnya.
Besarnya nilai aset dan laba konsolidasi dibandingkan dengan bila BUMN-BUMN anggota holding berdiri sendiri menggambarkan manfaat pembentukan holding ini. Dengan neraca yang lebih kuat, upaya penciptaan nilai tambah melalui inovasi model bisnis, peningkatan kompetensi SDM dan perbaikan proses dapat dilakukan dengan baik. Ari menegaskan, peningkatan kinerja tersebut juga dipengaruhi dari peningkatan kompetensi SDM yang menjadi perhatian utama dari Holding Danareksa.
Perlu diketahui, Holding Danareksa berpijak pada tiga pilar tujuan, yakni transformasi berkelanjutan melalui peningkatan skala entitas, penciptaan nilai melalui inovasi model bisnis, sinergi operational excellence dan cost leadership, serta memperkuat kapabilitas maupun kapasitas SDM untuk bersaing pada skala global. Holding ini memiliki sejumlah strategi untuk mentransformasikan bisnis anak-anak usaha, antara lain menyiapkan perusahaan Subklaster Kawasan Industri menjadi kelompok pengelola kawasan dengan range lokasi dan layanan dukungan yang lengkap bagi investor; menyiapkan Perusahaan Pengelolaan Aset menjadi perusahaan turnaround terdepan di Indonesia dalam bidang restrukturisasi, pengelolaan NPL, dan investasi; mentransformasikan Nindya Karya menjadi perusahaan konstruksi berbasis Green Environmental Development (ESG); mentransformasikan Balai Pustaka menjadi IP Licensing Company; menjadikan Kliring Berjangka Indonesia sebagai perusahaan digital berlisensi Kliring dengan memanfaatkan peluang perkembangan dan penguasaan teknologi.