Upaya pemerintah mendorong ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengungkapkan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik akan memakan waktu yang lama dan pendanaan yang cukup besar.
Adapun, total kebutuhan investasi ini diperlukan untuk mengembangkan rantai pasok end to end baterai EV sebesar 140 GWh.
Toto mengungkapkan, jika merujuk pada rencana pengembangan yang ada maka untuk ekosistem baterai listrik nantinya IBC akan berperan sebagai battery provider dengan terlibat dari proses mining, refinery, precursor/cathode, battery cell hingga produksi FourβWheel dan TwoβWheel Cell to Pack.
Selain itu, disaat bersamaan untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik, IBC juga disebut terus melakukan demand creation (menciptakan permintaan). βKita akan melakukan portfolio di four-wheels (4W) Electric Vehicle Original equipment manufacturer (OEM),β ungkap Toto.
Langkah serupa pun dipastikan juga dilakukan untuk kendaraan roda dua. Di sisi lain, Toto memastikan ke depannya permintaan baterai untuk kendaraan listrik di Indonesia akan meningkat mencapai 59 GWh pada tahun 2035.
Permintaan ini bersumber dari kendaraan roda empat, roda dua hingga pasar Energy Storage System (ESS). βPeluang untuk Indonesia sebagai pemilik nikel terbesar di dunia untuk mendukung atau menjadi pemain kelas dunia di aspek baterai kendaraan listrik ini memiliki peluang yang sangat baik,β pungkas Toto.
Sumber kontan, edit koranbumn