PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus mendorong para pedagang pasar tradisional untuk beradaptasi dengan kenormalan baru. Adaptasi tersebut salah satunya transaksi perdagangan secara virtual melalui saluran platform daring Pasar.id.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perseroan mengembangkan pasar.id untuk menghubungkan pedagang pasar tradisional dengan pembeli. Saat ini ada 108.000 pedagang pasar tradisional dan 4.500 pasar tradisional yang telah terhubung dengan pasar.id.
Adapun jumlah transaksi per November 2020 sebanyak 893.197 transaksi dengan nominal transaksi Rp48 miliar. Targetnya, jumlah pasar tradisional yang terhubung pasar.id dapat mencapai 5.241 pasar hingga akhir tahun ini. Adapun pedagang yang terdaftar dapat mencapai 520.410 pedagang.
Sunarso mengatakan pengembangan pasar.id sebagai salah satu upaya perseroan memberikan dukungan terhadap pemulihan ekonomi, terutama pemulihan bisnis UMKM.
“Jadi kita kembangkan ada pasar.id, platform e-commerce yang sederhana dikelola oleh pengelola pasar tradisional. Dan kami sudah berada di 4.500 pasar tradisional menggunakan paltform pasar.id,” katanya dalam rapat dengan Komisi XI DPR dikutip Kamis (4/2/2021).
Pengembangan platform digital untuk pasar tradisional tersebut terus dilakukan. Setidaknya ini tercermin dari belanja modal IT tahun ini sebesar Rp3,5 triliun, sebagian digunakan untuk penyempurnaan User Interface (UI) yang lebih baik untuk customer (Pasar.id 2.0). Selain itu, micro payment melalui Pasar.id menjadi salah satu fokus peningkatan jasa layanan digital banking.
Diketahui, ada empat pasar tradisional yang menjadi prototype web pasar yakni Pasar Ikan Hias Parung Bogor, Pasar Induk Klaten, Pasar Dinoyo Malang, dan Pasar Bahaur Kalimantan Tengah.
Terpisah, pengelola pasar Ikan Parung Widyaningsih mengatakan ada sekitar 200 lapak ikan hias di pasar tersebut. Dari jumlah ini, terdapat 56 pedagang ikan hias yang telah terdaftar dalam platform tersebut sejak November 2020.
Keberadaan website pasar diharapkan akan dapat membantu pengembangan Pasar Ikan Hias Parung yang dirintis oleh ayahnya sejak 1983. Dengan begitu, pedagang ikan hias juga dapat menjangkau konsumen yang lebih luas.
Diakui Wiwin tidak mudah bagi pedagang pasar melakukan jual beli secara online. Mayoritas transaksi yang dilakukan pedagang pasar ikan hias masih secara fisik. Sebab, mayoritas pembeli harus memastikan secara langsung bentuk, corak, dan warna ikan hias yang akan dibelinya.
Selain dibantu pemasaran, Wiwin menyebut pedagang ikan hias juga mendapatkan kemudahan akses pembiayaan berupa kredit usaha rakyat (KUR) dengan subsidi bunga untuk pengembangan usaha mereka.
“Ada yang Rp10 juta sampai Rp50 juta. Alhamdulillah di sini lancar [kreditnya], [ada] macet-macet sedikit lah,” katanya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn