PT Hutama Karya (Persero) menyatakan bahwa internal rate of return (IRR) jalan tol yang akan melalui penyesuaian tarif pada tahun ini akan meningkat.
Prediksi tersebut didasarkan oleh proyeksi angka lalu lintas harian rata-rata (LHR) ruas tersebut yang naik pada akhir tahun.
Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan bahwa nilai IRR sangat dipengaruhi oleh LHR pada jalan tol. Adapun ruas jalan tol yang dimaksud adalah ruas Bakauheni—Terbanggi Besar (Bakter), Medan—Binjai, Palembang—Indralaya, dan Terbanggi Besar—Kayu Agung.
“Hingga akhir tahun ditargetkan [angka LHR berada di] 244.898 kendaraan pada ruas yang akan disesuaikan tarifnya,” katanya
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan bahwa ada mismatch antara LHR pada studi kelayakan dan LHR dalam kondisi riil. Selisih tersebut membuat IRR di sebagian besar ruas jalan tol Trans-Sumatra sangat rendah, bahkan menunjukkan angka negatif.
Dia mencatat LHR dengan selisih terendah dimiliki oleh ruas Medan—Binjai. LHR ruas tersebut pada studi kelayakan menembus level 17.000 kendaraan, sedangkan pada kondisi riil hanya mencapai 16.212 kendaraan.
Adapun, selisih terbesar dimiliki oleh ruas Palembang—Indralaya. LHR ruas tersebut pada studi kelayakan berada di level 24.525 kendaraan, sedangkan pada kondisi riil hanya mencapai 5.788 kendaraan.
Sementara itu, LHR ruas Bakauheni—Terbanggi Besar saat ini berada di kisaran 17.047 kendaran, sedangkan LHR pada studi kelayakan mencapai 17.606 kendaraan.
Dalam catatan Budi, hanya ada satu ruas dengan LHR kondisi riil yang melebihi LHR pada studi kelayakan, yakni ruas Terbanggi Besar—Parapat—Kayu Agung. Per 3 Maret 2021, LHR ruas tersebut berada di level 7.621 kendaraan, sedangkan LHR pada studi kelayakan hanya 6.655 kendaraan.
Rendahnya LHR tersebut membuat IRR di ruas-ruas tersebut jauh dari proyeksi. Sebagai contoh, IRR ruas Medan—Binjai diproyeksikan mencapai 13,3 persen. Namun, saat ini IRR ruas tersebut hanya berada di kisaran 6,1 persen.
Mismatch IRR terbesar dimiliki oleh ruas Kuala Tanjung—Tebing Tinggi—Parapat. Pada studi kelayakan, IRR ruas tersebut mencapai 12 persen, tetapi saat ini angka tersebut hanya mencapai 1,2 persen.
Oleh karena itu, Budi menyampaikan pihaknya saat ini membutuhkan suntikan dana. Pasalnya, proyek investasi yang tadinya akan memasok dana untuk perseroan mengalami mismatch yang cukup besar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn