PT Pertamina Hulu Energi (PHE) kini tengah mengevaluasi sejumlah rencana kerja perusahaan di tahun ini sebagai imbas dari fluktuasi harga minyak yang terus terjadi.
Direktur Utama PHE Meidawati bilang ada sejumlah langkah yang kini tengah dilakukan menanggapi pergerakan harga minyak yang terus menurun.
“Kami sedang review semua rencana kerja, renegosiasi barang dan jasa serta melakukan efisiensi anggaran biaya dan operasi,” ujar Meidawati
Meidawati memastikan, langkah antisipatif yang dilakukan tidak akan mengesampingkan aspek keselamatan, kesejahteraan pekerja serta biaya yang berdampak langaung kepada produksi.
Meidawati menambahkan, dengan waktu 9 bulan yang tersisa pihaknya akan berusaha maksimal demi mengejar target produksi dan lifting yang dicanangkan.
“Kami berharap semua permasalahan segera berakhir dan (harga minyak) kembali di atas US$ 50 per barel,” kata Meidawati.
Kendati demikian, untuk revisi RKAP menurutnya semua bergantung pada pemerintah sebab ditentukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sekadar informasi, pada tahun ini PHE menargetkan produksi siap jadi atau lifting migas sebesar 185.510 barrel of equivalent per day (Boepd).
Jika dirinci, target lifting migas PHE di 2020 meliputi lifting minyak sebesar 83.100 barrel oil per day (Bopd) dan lifting gas sebesar 570,11 million standart cubic feet per day (Mmscfd).
Meidawati menambahkan, kondisi saat ini memang berpotensi menyebabkan penundaan rencana kerja termasuk kegiatan eksplorasi dan pengembangan.
“Ke depannya kami akan mengutamakan rencana kerja pengeboran eksplorasi dan pengembangan yang memiliki risiko lebih rendah,” tutur Maidawati.
Total PHE berencana mengebor enam sumur eksplorasi pada tahun ini. Dua sumur di Blok North Sumatera Offshore (NSO) pada pertengahan tahun ini, kemudian satu sumur di Blok Angursi serta satu sumur di Blok OSES dan dua sumur pada Blok Nunukan.
Sumber Kontan, edit koranbumn