Emiten pertambangan logam, PT Aneka Tambang Tbk., akan memperkuat pangsa pasar domestik di tengah pandemi Covid-19 yang melemahkan perdagangan ekspor internasional.
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan sepanjang tahun ini perseroan akan fokus mempertahankan kinerja dan keuangan yang positif dengan mengedepankan strategi penjualan dengan memperkuat basis pelanggan di pasar domestik.
“Terutama untuk komoditas emas, seiring dengan pertumbuhan tingkat permintaan emas di dalam negeri,” ujar Kunto seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (29/6/2020).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, penjualan dari segmen lokal pihak ketiga yang masing-masing di bawah 10 persen dari total penjualan sebesar Rp3,74 triliun. Realisasi itu naik 71,17 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,18 triliun.
Kendati demikian, penjualan lokal dengan pihak berelasi pada kuartal I/2020 anjlok menjadi hanya sebesar Rp83,23 miliar dibandingkan dengan kuartal I/2019 sebesar Rp256 miliar. Selain itu, penjualan ekspor turun 63 persen dari sebelumnya sebesar Rp3,7 triliun pada kuartal I/2019 menjadi hanya sebesar Rp1,37 triliun.
Pada kuartal I/2020, emiten berkode saham ANTM itu membukukan penurunan penjualan pada kuartal I/2020 menjadi sebesar Rp5,2 triliun, lebih rendah 16,35 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019 sebesar Rp6,21 triliun.
Adapun, ANTM mengaku akan terus berupaya untuk meningkatkan capaian produksi dan penjualan komoditas utama pada kuartal II/2020 seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian global dan tumbuhnya permintaan komoditas tambang,
Kemudian, dengan ditetapkannya harga patokan penjualan mineral logam di dalam negeri oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan memberikan tingkat harga jual mineral dalam negeri yang kompetitif. Hal itu pun diyakini akan memberikan peluang bagi perseroan untuk meningkatkan jangkauan pemasaran bijih nikel di dalam negeri.
Emiten tambang pelat merah itu juga akan meningkatkan daya saing usaha dengan menurunkan biaya tunai melalui inovasi operasional. Hingga Mei 2020, perseroan berhasil menekan tingkat biaya tunai menjadi sebesar US$3,35 per pon nikel sehingga mempertahankan posisi perseroan sebagai kelompok produsen feronikel global dengan biaya rendah.
Di sisi lain, proyek pembangunan pabrik feronikel haltim (P3FH) dengan kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) hingga saat ini masih dalam tahap penyelesaian konstruksi.
Selain itu, proyek joint venture dengan PT Inalum, yaitu Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan kapasitas pengolahan sebesar satu juta ton SGA per tahun masih dalam tahap pembangunan kantor dan camp pekerja.
Sumber Bisnis, edit koranbumn