PT Jasa Marga (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut dampak dari pandemi Covid-19 sehingga terjadinya penurunan volume lalu lintas jalan tol.
Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur menyebutkan perusahaan telah melakukan berbagai upaya dan strategi untuk terus meningkatkan performa perusahaan. “Kami melakukan beragam strategi efisiensi terhadap seluruh pengeluaran usaha, baik terkait operasional maupun investasi,” ujarnya
Selain itu, emiten berkode saham JSMR di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga terus mendorong transformasi digital dan pemanfaatan teknologi di bidang operasi untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, ia mengakui dampak pandemi Covid-19 cukup memberikan imbas pada kinerja.
Akibatnya, pendapatan tol diproyeksikan lebih rendah 20% dari tahun 2019 sejalan dengan turunnya volume lalu lintas. “Hal ini juga berdampak pada laba bersih perusahaan yang turun secara proporsional,” ucapnya.
Sebagai gambaran, pada 2019 perusahaan plat merah ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 26,34 triliun. Adapun jalan tol berkontribusi sebesar Rp 10,13 triliun. Sementara itu, laba bersih JSMR di 2019 tercatat sebesar Rp 2,2 triliun.
Terbaru, beberapa ruas tol miliknya mengalami penyesuaian tarif yaitu Tol Depok-Antasari (Desari) dan Tol Simpang Susun Waru-Bandara Juanda. Berdasarkan keterangan resmi, kenaikan tarif Tol Desari untuk kendaraan golongan I-III sebesar Rp 500. Sementara, untuk kendaraan golongan IV-V naik Rp 1.000.
Sayangnya, Subakti belum menegaskan apakah nantinya penyesuaian tarif tersebut dapat mengurangi penurunan pendapatan tahun ini.
Di sisi lain, hingga Oktober 2020 JSMR telah menggelontorkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 6,6 triliun untuk induk maupun anak perusahaan. “Kami proyeksikan hingga akhir tahun penyerapan capex mencapai Rp 9,5 triliun,” sebutnya.
Tahun 2021, JSMR juga telah menyusun rencana kerjanya. Adapun capex yang disiapkan sebesar Rp 7,75 triliun. Anggaran capex akan digunakan untuk pengembangan lini bisnis jalan tol.
Kemudian sisanya akan digunakan sebagai pengeluaran belanja modal untuk pemenuhan standard pelayanan minimum (SPM) yang meliputi sarana penunjang jalan tol, sarana penunjang operasi jalan tol, pemeliharaan periodik, dan peningkatan kapasitas.
Selain itu, pihaknya juga berupaya untuk menambah konsesi jalan tol yang dimiliki, dengan tetap memperhatikan tingkat kelayakan investasi untuk menjaga keberlangsungan usaha.
Salah satunya adalah dengan menjadi pemrakarsa untuk proyek Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap dengan nilai investasi sebesar Rp 57,59 triliun dan proyek Jalan Tol Akses Patimban sebesar Rp 7,53 triliun berdasarkan market sounding BPJT.
Di tahun 2021, JSMR menilai pendapatan tol dan usaha lain perusahaan ditargetkan masih akan mengalami pertumbuhan sebesar 14% dan 4% dari prognosa 2020. Meskipun pada waktu yang bersamaan, sejalan dengan telah beroperasinya ruas-ruas tol baru, beban bunga perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 33% dari prognosa 2020.
Kendati begitu pihaknya tetap berusaha menekan laju pertumbuhan beban melalui langkah efisiensi pada semua lini, sehingga EBITDA ditargetkan dapat tetap bertumbuh sebesar 12% dari prognosa 2020.
Sumber Kontan, edit koranbumn