PT Indonesia Asaham Alumunium (Persero) Tbk. atau Inalum masih berupaya merealisasikan rencana akuisisi PT Vale Indonesia Tbk. sesuai rencana.
Pada akhir bulan lalu, Inalum—induk holding BUMN tambang atau MIND ID—telah menyepakati perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian definitif hingga akhir Mei 2020.
Vale Indonesia sebelumnya menyatakan, langkah ini dilakukan untuk memperpanjang tenggat penyelesaian dokumentasi perjanjian. Hal ini juga merupakan antisipasi terhadap risiko pandemi Covid-19.
“Komentar saya masih sama saja dengan itu [pernyataan Vale Indonesia],” kata SVP Corporate Secretary Inalum Rendi Witular kepada Bisnis.com, Senin (20/4/2020).
Adapun, terkait rencana skema pendanaannya, dia menyatakan bahwa perseroan masih melakukan kajian. Perseroan diketahui berencana membeli sekitar 20 persen saham Vale Indonesia dan telah menganggarkan dana sekitar Rp7 triliun.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan bahwa perseroan bersama dengan pemegang saham Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., serta Inalum telah menyetujui kesepakatan.
Kesepakatan tersebut ialah perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian definitif terkait divestasi saham Vale Indonesia hingga akhir Mei 2020. Sebelumnya penandatanganan kesepakatan pembelian saham itu telah ditargetkan rampung pada Maret tahun ini.
Dia mengatakan bahwa perpanjangan penandatanganan kesepakatan ini memberikan lebih banyak waktu bagi para pihak untuk menyelesaikan dokumentasi perjanjian yang harus dimatangkan.
Namun, syarat dan ketentuan yang ada pada perjanjian pendahuluan akan tetap berlaku penuh, kecuali untuk ketentuan perpanjangan yang diubah sesuai dengan perjanjian itu.
“Penundaan proses divestasi ini juga karena terdapat risiko-risiko yang perlu dimitigasi dari dampak merebaknya virus corona ke aspek komersial terkait divestasi,” ujar Bernardus saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (31/3/2020).
Analis Senior dan VP Moody’s Nidhi Dhruv mengatakan bahwa langkah akuisisi lewat utang ini diperkirakan akan mengerek tingkat leverage utang Inalum menjadi sekitar 8—8,5 kali dari posisi 6,2 kali pada 2019.
Hal ini menjadi salah satu alasan utama Moody’s menurunkan outlook Inalum, baru-baru ini. Moody’s menetapkan peringkat Baa2 dengan outlook negatif untuk perusahaan tersebut.
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham Vale Indonesia yang berkode INCO meguat 0,4 persen ke level Rp2.510 per saham.
Saham INCO diperdagangkan pada rentang Rp2.470—Rp2.650 per saham. Rencanannya, jumlah saham yang akan didivestasikan ke Inalum mencapai 198,72 juta saham.
Sementara itu, Vale Indonesia memproduksi nikel matte sebanyak 17.614 ton pada kuartal I/2020.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan produksi nikel matte kuartal I tahun 2020 ini lebih tinggi sekitar 35 persen menjadi 17.614 ton dari produksi pada kuartal I tahun 2019 yang mencapai 13.080 ton.
“Namun, 14 persen lebih rendah dibandingkan produksi pada kuartal IV tahun 2019 yang mencapai 20.494 ton yang disebabkan oleh adanya aktivitas pemeliharaan yang telah terencana,” ujarnya, Jumat (17/4/2020).
Dengan pencapaian ini, INCO meyakini dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020. Adapun, pada tahun ini INCO mempertahankan produksi di angka 71.000 ton.
Sepanjang tahun lalu INCO mencatat penjualan sebesar 72.044 ton nikel dalam matte, turun 5 persen dari penjualan 2018 yang sebesar sebesar 75.631 ton.
Sumber Bisnis, edit koranbumn