Menguatnya kurs rupiah terhadap dolar AS tidak serta merta membuat emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) menambah stok bahan baku lebih banyak.
Direktur Keuangan Indofarma, Herry Triyatno mengatakan, sejauh ini kebutuhan bahan baku segmen pharma masih dari impor.
Selama periode Corona, Herry mengungkapkan, Indofarma tidak membeli bahan baku, kecuali bahan baku Oseltamivir obat pendukung penyembuhan corona, karena banyak negara lockdown.
“Penguatan rupiah akan membuat harga bahan baku dibeli dengan harga lebih rendah. Namun saat ini tidak ada rencana jangka pendek untuk stok bahan baku,” jelasnya
Herry menambahkan, Indofarma juga menimbang permintaan obat reguler yang turun seiring dengan pasien non-Covid-19 yang menurun di rumah sakit. Jadi, Indofarma lebih pada menjaga zero inventory untuk meminimalisir biaya dana (cost of fund) dan menjaga kecukupan agar tidak terjadi expired date (produk, wip dan bahan baku).
Kata Herry, penguatan rupiah terhadap dolar tentu akan berpengaruh pada harga pokok penjualan yang bisa menjadi lebih rendah dibandingkan saat fase pandemi Corona.
“Namun ingat, penguatan kurs ini kembali ke masa sebelum Covid sehingga harga bahan baku akan kembali menuju normal. Artinya harga pokok penjualan obat INAF akan kembali ke normal seperti sebelum Covid-19,” kata Herry.
Sumber Kontan, edit koranbumn













