Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) menandatangani nota kesepahaman dengan Group42 (G42), perusahaan artificial intelligence dan cloud computing berbasis di Abu Dhabi untuk mengimpor alat tes cepat virus corona.
Kabarnya, alat tes cepat virus corona ini lebih canggih karena berbasis teknologi artificial intelligence (AI). Sebagai informasi, penandatanganan nota kesepahaman tersebut sudah berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada akhir Agustus 2020.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto menjelaskan, kerja sama ini untuk produk diagnostik yakni Covid-19 laser screening test. Yakni, semacam alat tes cepat (rapid test) untuk virus corona dengan menggunakan teknologi AI.
“Jadi bedanya alat ini tidak menggunakan pendekatan reagen, tetapi pendekatan AI dengan laser. Alat ini sudah dikembangkan dan digunakan di Abu Dhabi,” kata dia
Covid-19 laser screening test ini telah memperoleh Emergency Use Authorization di Uni Emirat Arab (UEA) dan telah digunakan untuk setiap warga yang ingin masuk ke Abu Dhabi. Di mana, setiap pendatang wajib memperlihatkan hasil screening laser test Covid-19 sebagai bagian dari upaya pemerintah UEA untuk melakukan mitigasi penyebaran Covid-19.
Arief menambahkan, kerja sama ini meliputi riset dan pengembangan (R&D), manufaktur, penjualan, dan distribusi. Namun pada tahap awal perusahaan yang memiliki kode saham INAF ini akan fokus pada aktivitas distribusi. Seiring berjalannya waktu, kerja sama ini akan masuk ke tahap R&D dan manufaktur.
Dia pun menjelaskan, bahwa laser screeening test berbasis AI ini berbentuk satu set komputer yang dilengkapi dengan software khusus. Perangkat lunak tersebut berisi data base ribuan data darah manusia yang positif dan negatif virus corona.
Nantinya, orang yang dites akan diambil sample darahnya, lalu darah tersebut diusap ke kaca preperat, kemudian discan menggunakan laser. Nantinya pendaran laser akan menunjukkan hasil tes, reaktif atau non-reaktif.
“Tes menggunakan alat ini hanya membutuhkan waktu 1 menit saja,” jelas Arief.
Walau menyebut tingkat akurasi dari tes ini di kisaran 90%-93%, Arief tetap menyarankan, pasien tetap harus melanjutkan dengan swab test agar hasilnya lebih akurat. Mengingat, alat ini fungsinya sama seperti rapid test yakni screening awal saja.
Arief mengklaim harga untuk tes akan lebih murah dibandingkan rapid test Covid-19 seperti biasanya.
Saat ini Indofarma tengah menunggu Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang akan rampung di akhir bulan ini. INAF menargetkan, awal Oktober 2020 sudah bisa melakukan distribusi karena saat ini masih menunggu izin dari berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan.
Pada tahap awal, INAF akan mengimpor full set laser screeening test yang terdiri dari software, komputer, laser, kamera, dan lainnya. Namun, banyaknya unit yang akan diimpor belum bisa dipaparkan Arief lantaran perusahaan farmasi ini masih harus menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Dia juga belum bisa memerinci anggaran yang harus dikeluarkan karena kebutuhan impor masih dihitung. Namun yang pasti INAF akan menggunakan anggaran dari belanja modal untuk impor.
Lantas untuk prioritas distribusi, alat ini akan banyak di distribusi ke sektor transportasi karena tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Di sisi lain, distribusi juga akan diutamakan ke layanan kesehatan seperti ke puskesmas dan rumah sakit yang membutuhkan alat untuk tes cepat.
Untuk jangka panjang, INAF pun berniat mengembangkan produk ini dengan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan menggunakan alat yang sudah bisa diproduksi di Indonesia seperti kamera, komputer, dan komponen lainnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn