Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Desa tersebut menjadi cikal bakal bagi lebih dari 500 peternak sapi menghasilkan 8.400 liter susu sapi per hari yang dipasok ke beberapa perusahaan industri susu besar di Indonesia, 3 di antaranya adalah Nestle, Ultra Jaya, dan Sari Husada.
Di balik keberhasilan desa Glagaharjo menjadi sentra penghasil susu terbesar tersebut, ada satu tokoh inspiratif yang menjadi penggerak bagi peternak lainnya. Ialah dokter hewan yang lahir dan besar dari daerah tempatan bernama Daud Suroto. Pria berusia 54 tahun tersebut mengaku telah berusaha mengembangkan sentra susu sapi Glagaharjo sejak tahun 1993.
“Sebelumnya para peternak sapi hanya menggantungkan penghasilannya dari penjualan sapi potong, padahal penjualan tersebut sifatnya musiman, seperti pada hari raya qurban atau Idul Adha. Untuk itu saya ajak untuk beralih menjadi peternak susu sapi,” ungkap Daud.
Dirinya mengajak kawan-kawan peternak di daerahnya untuk membentuk Koperasi Peternak Sarono Makmur sebagai wadah bagi para peternak lokal untuk menghasilkan susu sapi perah secara berkelompok.
“Berawal dari hanya 5 peternak sebagai anggota koperasi, saat ini sudah berkembang sangat signifikan menjadi 500 peternak yang tidak hanya berada di desa Glagaharjo tapi sudah menyebar ke beberapa desa di wilayah di DIY bahkan hingga Jawa Tengah,” terang Daud.
Di antaranya di desa Kepuharjo, Kabupaten Bantul; Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta; Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul; Desa Balerante, Klaten; dan beberapa desa kecamatan di Magelang dan Boyolali.
Perjalanan panjang Daud bersama kawan peternak lainnya sempat terhalang bencana alam erupsi Merapi pada tahun 2010. Usahanya bersama teman-temannya jadi terpuruk karena terdampak abu merapi.
“Penghasilan kami menurun drastis, total kerugiannya mencapai Rp 22 milyar. Fasilitas peternakan seperti kandang dan alat-alat tidak bisa difungsikan lagi sehingga harus diperbaiki atau beli baru. Syukur Alhamdulillah pada saat itu kami sudah menjadi mitra binaan Program Kemitraan Pertamina sejak tahun 2007 sehingga kami mendapat perhatian dan sangat terbantu sekali untuk bangkit hingga seperti saat ini,” ujarnya.
Berkat semangat perjuangan bersama peternak lainnya yang bangkit dari keterpurukan bencana alam saat itu, Daud didapuk menjadi juara 1 Local Hero Award 2020 yang diselenggarakan oleh Pertamina. Pejabat sementara (Pjs.) Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah (JBT), Arya Yusa Dwicandra mengungkapkan itu merupakan ajang apresiasi kepada tokoh inspiratif yang menjadi penggerak dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, khususnya pada program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan Pertamina.
“Ada 5 kategori Local Hero Award, di antaranya kategori pendidikan, lingkungan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan kategori program kemitraan UMKM yang dimenangi oleh Daud,” imbuh Arya.
Dia menjelaskan penyelenggaraan Local Hero Award telah dilaksanakan Pertamina dari tahun ke tahun dalam rangka memperingati hari ulang tahun Pertamina.
“Melalui ajang ini kami ingin membagikan kisah pahlawan lokal yang kami temui di tengah masyarakat wilayah operasi kami kepada masyarakat luas, agar semakin banyak yang terinspirasi dan tergerak untuk mengikuti jejaknya,” tutup Arya.