PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) optimistis berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun lalu. Meski belum merilis secara resmi realisasi kinerja di 2021, tapi IPCC telah memiliki dua skenario pertumbuhan kinerja.
Optimisme IPCC tercermin dari raihan per kuartal ketiga 2021 yang berhasil berbalik dari kerugian sebesar Rp 32,73 miliar pada tahun sebelumnya, menjadi mencetak keuntungan Rp 16,60 miliar. Dri sisi pendapatan, pada periode sembilan bulan IPCC mencatatkan Rp 347,77 miliar.
Sekretaris Perusahaan IPCC Sofyan Gumelar mengungkapkan, dengan raihan per Q3-2021 tersebut, diasumsikan rata-rata pendapatan per bulan dapat mencapai sekitar Rp 38,64 miliar. Jika merujuk pada asumsi tersebut, maka perkiraan pendapatan yang bisa diraih IPCC sampai tutup tahun 2021 sekitar Rp 463,69 miliar.
Apabila asumsi itu tercapai pada full year 2021, maka capaian tersebut lebih tinggi ketimbang realisasi di 2020 yang sebesar Rp 356,53 miliar. Dengan asumsi itu, perolehan laba IPCC diharapkan bisa tercapai di level lebih dari Rp 20 miliar.
“Namun demikian, kami juga perlu untuk melihat dan menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan terutama pada industri otomotif apakah terjadi peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 atau seperti apa. Jika proyeksi pendapatan dapat mencapai perhitungan tersebut maka sangat baik bagi pertumbuhan kinerja kami,” ungkap Sofyan saat dihubungi Kontan.co.id, Jum’at (31/12/21).
Oleh sebab itu, IPCC pun memiliki skenario pertumbuhan pendapatan yang konservatif, yakni berada di kisaran 10%-12% dibandingkan realisasi tahun 2020 atau setara dengan Rp 392,18 miliar – Rp 399,32 miliar. Sofyan bilang, estimasi yang konservatif ini mempertimbangkan kondisi bongkar muat kendaraan yang terjadi di terminal IPCC.
“Oleh karena itu, kami lebih baik menghitung secara konservatif. Syukur alhamdulillah jika realisasinya nanti bisa di atas nilai konservatif tersebut,” sambung Sofyan.
Sebagai gambaran kinerja IPCC di penghujung 2021, secara keseluruhan jumlah kargo kendaraan yang dilayani di bulan November 2021 cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Tercatat, total kargo kendaraan Completely Built Up (CBU) di Lapangan Internasional pada November 2021 ditangani sebanyak 40.800 unit, naik 41,36% dari bulan Oktober 2021. Sedangkan untuk Alat Berat sebanyak 1.836 unit, naik 8,25%. Lalu, General Cargo sebanyak 11.864 M3, naik 159,96% dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, untuk domestik secara rerata juga cenderung meningkat dimana CBU sebanyak 16.816 unit, naik 9,61% dari bulan sebelumnya. Sedangkan Alat Berat sebanyak 6.875 unit dan General Cargo sebanyak 2.378 M3, yang mana masing-masing bertumbuh 2,17% dan 59,86% dibandingkan pencapaian di bulan sebelumnya.
“Dengan adanya pemulihan ekonomi Indonesia yang diikuti dengan pemulihan di industri otomotif, komoditas, hingga ritel dimana terjadi perbaikan daya beli masyarakat turut berimbas pada peningkatan kinerja IPCC,” terang Sofyan.
Selanjutnya, untuk kinerja pada tahun 2022, IPCC masih optimistis bisa meraih capaian yang positif. Namun, ada sejumlah asumsi yang mesti terpenuhi untuk bisa menumbuhkan bisnis di tahun ini. Pertama, tren pemulihan ekonomi dan pengendalian pandemi yang berlanjut di 2022.
Kedua, pemulihan ekonomi yang diikuti dengan semakin banyaknya perusahaan yang merelokasi pabrik maupun usahanya ke Indonesia. Ketiga, meningkatnya investasi dari sejumlah perusahaan global di Indonesia. Keempat, membaiknya ekonomi global yang bisa berimbas pada meningkatnya permintaan otomotif sehingga berdampak positif bagi kinerja IPCC.
Dia menambahkan, IPCC akan melanjutkan visi To Be world Class Car Terminal Ecosystem yang juga diiringi penerapan AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) sebagai core values BUMN. Untuk mencapai visi tersebut, ada tiga hal yang menjadi fokus IPCC.
Pertama, driving superior performance. IPCC berupaya mencapai kinerja terbaiknya untuk meningkatkan pendapatan baik dari sisi operasional existing maupun penjajakan peluang kerjasama baru untuk meningkatkan potensi pendapatan (revenue enhancement) maupun business creation dalam satu rantai ekosistem logistik maupun di luar rantai ekosistem logistik.
Kedua, partnering in business development. IPCC mencoba menjajaki peluang kolaborasi dengan sejumlah pihak. Ketiga, strengthening corporate governance. IPCC menerapkan tata kelola yang baik dalam menjalankan bisnis perusahaan sebagai bagian dari amanah para investor pemegang saham dan tanggung jawab kepada publik maupun stakeholders di industri otomotif, pelabuhan, dan pasar modal.
“IPCC juga sedang melakukan Transformasi Proses Bisnis melalui budaya dan organisasi terutama pada pengembangan SDM sesuai dengan AKHLAK dan menciptakan organisasi yang agile dan adaptif terhadap perubahan yang ada,” ujar Sofyan.
Transformasi bisnis yang dimaksud dilakukan melalui penjajakan pertumbuhan anorganik lewat ekspansi vertikal dan horizontal, strategic partnership dengan sejumlah perusahaan automaker dan logistik, hingga pengelolaan manajemen risiko perusahaan.
Selanjutnya ialah Transformasi Digital dengan secara bertahap merubah pencatatan menjadi electronic services (paperless) hingga pengembangan sistem jaringan antara IPCC-automaker-shipping line-Bea Cukai. Hal ini sesuai dengan karakter utama IPCC yang sedang dikembangkan, yaitu CAR (Competitive, Agile, Reputable).
“Dari sisi keuangan, perbaikan kualitas piutang dan adanya sejumlah efisiensi yang tepat guna, juga diharapkan dapat membantu perbaikan kinerja keuangan IPCC di tahun ini dan ke depannya,” tutup Sofyan.
Sumber Kontan, edit koranbumn














