Transformasi pelayanan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dimulai sejak tahun 2009 telah membuahkan hasil, tak hanya peningkatan laba perusahaan dari tahun ke tahun untuk kesinambungan atau eksistensi bisnis , tetapi juga semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat pada pelayanan KAI semakin baik dan ekselen
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menyampaikan perolehan laba KAI tahun 2017 sebelum diaudit sebesar Rp 1,4 triliun, tumbuh dibandingkan laba periode 2016 sebesar Rp 1 triliun.
“Labanya unaudited Rp 1,4 triliun, naik dari periode tahun sebelumnya Rp 1 triliun,” kata Edi Sukmoro .
Menurut Edi Sukmoro, kenaikan laba bersih didukung dari hasil pendapatan meningkatnya penumpang KAI, dan kenaikan volume kereta api yang beroperasi melalui penambahan rangkaian kereta api penumpang di beberapa tujuan keberangkatan maupun kontribusi anak perusahaan.
Total aset KAI yang dimiliki saat ini sudah mencapai Rp 27,5 triliun dengan pertumbuhan 8,34%, pertumbuhan liabilitas 9,63% dan pertumbuhan ekuitas 6,31%.
Perubahan yang berkesinambungan telah menjadi salah satu modal bagi KAI hingga bisa meneruskan kemajuan demi modernisasi perkeretaapian Indonesia. “Perubahan dan inovasi telah menjadi bagian dari perjalanan KAI. Inovasi juga telah menjadi bagian identitas KAI,” kata Edi Sukmoro
Beberapa perubahan nyata dengan berbagai inovasi yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat berdampak peningkatan kepuasan penumpang sehingga berhasil menopang peningkatan pendapatan .
KAI telah melakukan peremajaan kereta eksekutif dan ekonomi untuk kenyamanan penumpang. Hingga tahun 2019, PT KAI akan mengganti 882 kereta yang berusia di atas 30 tahun. KAI telah mengoperasikan kereta ekonomi (K3) premium, terdiri atas delapan kereta dengan kapasitas masing-masing 80 tempat duduk dan dua unit kereta premium untuk penumpang difabel, berkapasitas 64 tempat duduk di tiap kereta sehingga kapasitas dalam setiap satu kali perjalanan adalah 768 seat.
Inovasi bisnis KAI melalui penerapan IT untuk meningkatkan kepuasan penumpang dan memperkuat layanan di era digital antara lain mengaplikasikasikan e-Kiosk yakni mesin penjualan tiket KA jarak jauh, C-VIM yakni mesin penjualan tiket KRL Jabodetabek, sistem check in, boarding pass yang kini telah menjadi e-Boarding pass, Preorder meals yakni pemesanan makanan & minuman untuk di atas KA, dan Railpay yakni kartu segudang fungsi.
KAI terus melakukan modernisasi prasarana dan fasilitas pendukungnya, menjadikan kinerja keuangan dan operasional KAI semakin optimal dan menaikkan pendapatan perseroan, baik yang dikelola langsung oleh manajemen dibawah wewenang daop maupun anak perusahaan, beberapa diantaranya menghadirkan Hotel Rail transit Tuite Gambir di Stasiun Gambir, perbaikan toilet dan granitisasi stasiun, underpass Stasiun Manggarai, JPO Stasiun Tanah Abang, Fasilitas Anggrek Lounge di Stasiun Tugu Yogyakarta, gerai Pojok UMKM, dan Skybridge Solo di Stasiun Solo Balapan. KAI juga mengoperasikan beberapa KA baru diantaranya KA Kertajaya Rangkaian Panjang, KA Tawang Jaya Rangkaian Panjang, KA Blora Jaya Rangkaian Ekonomi New Image, KA Singasari Relasi Pasar Senen-Blitar PP, dan KA Wijaya Kusuma Cilacap-Solo dan Cilacap-Yogyakarta.
KAI di tahun 2018
Memasuki tahun 2018, KAI menargetkan kenaikan perolehan laba bersih Rp 1,7 triliun. Direktur Utama KAI , Edi Sukmoro menyampaikan harapan target di tahun 2018 dapat tercapai tidak hanya ditopang dari pendapatan penumpang yang meningkat tetapi juga dari pendapatan pengiriman barang yang mulai membaik.
KAI merencanakan di tahun 2018, menerbitkan surat utang atau obligasi tahun ini hingga Rp 2 triliun. Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menjelaskan dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk peremajaan armada kereta.
“Penerbitan obligasi maksimum Rp 2 triliun, akan digunakan untuk peremajaan kereta. Ini akan dilakukan secara bertahap. Secara prinsip sudah disetujui kementerian BUMN selaku pemegang saham dari pemerintah, kami ingin secepatnya terealisasi atau semester I ini,” kata Edi Sukmoro
Peremajaan kereta ini akan dilakukan secara bertahap,menyelaraskan dengan kapasitas produksi PT INKA (Persero) , untuk tahap pertama kebutuhan KAI sebanyak 880 gerbong.
“Peremajaan ini untuk menggantikan kereta yang usianya 30 tahun ke atas, ” kata Dirut KAI ini.
KAI menargetkan kereta angkutan barang atau logistik dapat memenuhi target angkut barang hingga 50 juta ton di tahun 2018. Untuk mencapai target tersebut, saat ini pengerjaan infrastruktur kereta api logistik terus dikebut. KAI melihat potensi kontribusi pendapatan dari pelayanan KA Barang , khususnya yang terintegrasi dengan pelabuhan sehingga arus distribusi logistik kian cepat dan efektif dibanding melalui jalan darat lainnya. Beberapa KA angkutan yang diharapkan memberikan kontribusi di tahun 2018 yakni KA Pelabuhan Tanjung Perak, KA Pelabuhan JICT, dan KA Pelabuhan Relasi Sei Mangkei-Belawan, KA Tanjung Emas.
Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, mengatakan untuk pembangunan proyek kereta pelabuhan di Tanjung Emas Semarang diharapkan tahun ini sudah selesai juga. Sehingga jika semua kereta pelabuhan selesai dibangun, dia optimistis peminat kereta logistik naik signifikan.
Selain menargetkan dapat mengoperasikan kereta pelabuhan pada tahun ini, KAI akan menambah gerbong pada kereta pengangkut batu bara di Palembang, semula 1 trainset berisi 60 gerbong, kini menjadi 1 trainset berisi 64 gerbong.
“Kita juga sedang melakukan uji coba 1 trainset berisi 100 gerbong. Kita ingin barang diangkut melalui kereta supaya kecelakaan dan kemacetan berkurang, serta supaya jalan tidak cepat rusak,” katanya.
Di tahun 2018, melalui sinergi KAI dengan BUMN lainnya melaksanakan penugasan pembangunan TOD atau transit oriented development, yang pada tahun ini direncanakan akan dibangun di 13 lokasi di kawasan Jabodetabek meliputi: Tanjung Barat, Pondok Cina, Bogor, Pasar Senen, Tanah Abang, Juanda, Rawabuntu, Jurangmangu, Manggarai, Cisauk, Parung Panjang, Bekasi, dan Klender.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) di tahun ini juga berencana meningkatkan layanan digital dengan melakukan inovasi dengan memasang fasilitas Wi-Fi di kereta api yang sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat.
“Yang sudah kami pikirkan adalah kereta api semuanya harus menggunakan Wi-Fi. Sebenarnya ini sudah dibicarakan sudah cukup lama karena ini sudah kebutuhan baik kelas eksekutif, bisnis, ekonomi, ataupun Commuter Line, membutuhkan fasilitas Wi-Fi,” kata Dirut KAI
Edi Sukmono mengharapkan, dengan adanya fasilitas wi-fi di kereta, masyarakat bisa mengakses internet tanpa batas di dalam kereta api selama perjalanan. Selain itu, masyarakat juga bisa menyelesaikan pekerjaanya tanpa harus terganggu sinyal saat mengirim hasil pekerjaannya.
Dikutip dari berbagai sumber.
koranbumn01