PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengadakan diskusi publik mengenai Peran Kereta Api Guna Mendukung Peraturan Pemerintah dalam Penerapan Pembatasan Muatan Angkutan Barang yang dilaksanakan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (2/10).
Tujuan dilaksanakannya diskusi publik ini untuk memahami langkah-langkah dan upaya pemerintah tentang aturan pembatasan muatan yang Over Dimension dan Over Load (ODOL). Dengan seiringnya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dalam berbagai aspek, seperti perkembangan industri logistik terus meningkat terutama perusahaan yang bergerak di sektor transportasi jasa angkut barang (logistik).
Telah menjadi kebiasaan perusahaan transportasi darat/truk yang cendrung mengangkut barang melebihi kapasitas yang sudah diizinkan sesuai kemampuan sarana angkut maupun kemampuan jalan raya. Adapun para pemangku kepentingan yang hadir diantaranya Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Perkeretaapian, Supply Chain Indonesia, Asosiasi Trucking, asosiasi logistik, pengusaha, dan pengamat transportasi.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menyampaikan, bahwa KAI mendukung kebijakan pemerintah terkait kebijakan pembatasan angkutan barang di jalan raya yang melebihi berat yang sudah diijinkan (Over Loading) dan melebihi dimensi yang diijinkan (Over Dimension).
“Diharapkan juga akan mendapatkan solusi bersama atas penerapan kebijakan ODOL dan terciptanya angkutan barang dan logistik nasional yang lebih efisien dan ramah lingkungan” ujarnya. Ia berharap KAI dapat mendukung kebijakan tersebut dengan tetap berkolaborasi dan bekerjasama dengan moda angkutan barang lainnya.
“Kita harapkan market pemilik barang akan melirik KAI. Harapannya itu nanti bisa memacu angkutan barang kita” ujar Edi. Untuk mendukung kebijakan ODOL kali ini, KAI juga melakukan pembahasan untuk menarik minat para pengusaha logistik seperti pembahasan penurunan tarif dengan Kementerian Perhubungan maupun para pengusaha.
Edi menyebutkan bahwa masalah tarif memang menjadi pertimbangan khusus terlebih para pengusaha logistik juga harus memikirkan biaya lanjutan setelah barang selesai dikirimkan dengan kereta. “Tentunya tarif harus menjadi pertimbangan karena jangan sampai pemilik barang ini merasa begitu dipindahkan ke KAI malah dia mendapat beban (biaya) yang lebih berat” ujarnya.
KAI terus berupaya meningkatkan kapasitas angkut dari pengoperasian KA Barangnya. Realisasi volume angkutan barang yang diangkut oleh KAI mencapai 29,5 juta ton sampai Agustus 2018. Jumlah ini baru tercapai 62,5 persen dari target 47,2 juta ton sampai akhir tahun. Edi mengatakan, dari jumlah itu jenis angkutan barang berasal dari komoditas batu bara, semen, dan barang lainnya.
Saat ini tercatat lebih dari 50 mitra yang bekerja sama dalam hal distribusi barang dengan KAI. Lebih dari 20 komoditas barang yang difasilitasi 262 perjalanan kereta yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatra. Sebagian besar angkutan barang yang diangkut KAI berupa batu bara sebesar 66%, disusul oleh semen 14 %, dan peti kemas 10%.
Selain itu, KAI berencana menambah 19 lokomotif khusus untuk KA Angkutan Barang pada tahun ini. Edi Sukmoro, mengatakan, penambahan sarana ini untuk mendongkrak porsi pendapatan dari bisnis angkutan barang. Sampai saat ini pendapatan dari angkutan penumpang masih cukup besar dan mendominasi pendapatan KAI. “Kami berharap ke depannya angkutan barang bisa mengimbangi angkutan penumpang” ujar Edi. Adapun anggaran untuk satu lokomotif berkisar antara Rp 30 miliar sampai Rp 35 miliar.
Dengan konsistensi penerapan kebijakan pemindahan angkutan melalui KA tentu saja angkutan jalan raya tidak semuanya beralih lantaran pergerakan angkutan kereta yang hanya dari stasiun ke stasiun saja. Sehingga untuk angkutan dari stasiun ke gudang penyimpanan atau sebaliknya masih membutuhkan angkutan darat lain atau truk.
“Karena mereka bukan mengangkut dari stasiun ke stasiun, tapi dari pabrik misalkan ke gudang penyimpanan, jadi kita harus berpikir mendapatkan solusi ‘door to door’ pemilik barang mendapatkan kemudahan diangkut dari titik semula sampai titik yang mereka mau bukan stasiun” ujar Edi Sukmoro. Edi mengaku dari segi fasilitas sarana dan prasarana untuk angkutan logistik sudah siap. “Penyiapan sarana yang pasti angkutan barang kita siap, tapi ada juga pengembangan penanganan bongkar muatnya, kemudian pengembangan kalog itu sendiri, sistem e-kargo tadi suatu pengembangan investasi yang harus dilakukan, tetapi kami siap mendukung itu” ujarnya. (Public Relations KAI)