PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) menyebut pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) adalah senilai US$1,675 miliar atau setara dengan sekitar Rp24 triliun.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet mengatakan hasil pengkajian perusahaan tersebut lebih rendah dari hasil perhitungan awal sebelumnya yakni US$2,8 triliun. Ke depannya, Dwiyana menyebut pengkajian pembengkakan biaya megaproyek tersebut akan terus dilakukan.
“Kita sudah mengusulkan ada cost overrun itu di angka US$1,675 billion [Rp24 triliun], itu pun dalam proses berikutnya masih akan kita koreksi. Jadi angka cost overrun itu berkembang, perhitungan awal itu malah sampai US$2,8 triliun,” jelas Dwiyana, Selasa (12/4/2022).
Dwiyana mengatakan bahwa angka cost overrun diminta untuk terus diminimalkan, seperti permintaan Kementerian BUMN dan Komite Kereta Cepat. Angka cost overrun hasil kajian PT KCIC akan disampaikan ke dua lembaga tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, pengkajian pembengkakan biaya proyek kereta cepat juga dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Targetnya, hasil kajian BPKP sudah diberikan ke Komite Kereta Cepat pada sekitar akhir Maret lalu. Tetapi, hingga saat ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku belum mendapatkan hasil kajian ulang tersebut.
“Kita tunggu saja [hasil review BPKP]. Nanti kan akan diserahkan ke komite yang dipimpin oleh Pak Luhut. Nanti akan dibahas,” jelas Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, Jumat (8/4/2022).
Kendati demikian, Dwiyana mengatakan saat ini BPKP telah memberikan hasil review kepada Kementerian BUMN, dan nantinya akan diberikan ke Komite Kereta Cepat, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Setelah itu, Dwiyana mengatakan cost overrun akan menjadi beban tanggungan dari kedua pemilik saham PT KCIC, yakni BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China yakni Beijing Yawan HSR Co.Ltd.
Namun, dia mengungkap ada kemungkinan pembiayaan cost overrun bisa dilakukan dengan mengajukan kredit kepada China Development Bank (CDB), yang memang sudah terlibat dalam pendanaan proyek kereta cepat.
“Memang kalau ada biaya yang bertambah dari initial budget itu jadi tanggung jawab shareholder PSBI dan Beijing Yawan. Setelah melihat kalkulasi besaran biaya tambahannya, itu mungkin melihat bahwa perlunya dilibatkan pihak lain untuk mendapatkan sumber pendanaan. Mungkin kita bisa sampaikan lagi ke CDB untuk jadi lender terkait dengan adanya penambahan biaya,” jelas Dwiyana.
Berdasarkan catatan Bisnis, biaya awal pembangunan Kereta Cepat ini sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun. Dengan adanya perkiraan pembengkakan anggaran menjadi US$8 miliar, berarti terdapat kenaikan sekitar US$1,9 miliar atau setara Rp27,09 triliun.
Adapun, saat ini proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah berjalan 80 persen hingga saat ini. PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC menargetkan moda transportasi tersebut bisa mulai beroperasi pada Juni 2023.
Sumber Bisnis, edit koranbumn