Kalau ingin melihat panorama hamparan sawah menguning, liukan Sungai Logawa, hijau rimbun hutan pinus dengan riuh kicau burung di pagi hari sembari menyeruput secangkir kopi robusta khas pedesaan, datanglah ke Bukit Gadog, Grumbul Cibun, Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas.
Grumbul Cibun adalah wilayah Desa Sunyalangu bagian Utara yang berbatasan dengan Desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng. Untuk mencapai wilayah ini maka sang pejalan harus melintasi Jembatan Gantung Cibun sepanjang 30 meter yang berada di atas Sungai Logawa. Di desa inipun dihasilkan kopi robusta dan gula aren organik.
Usai melintasi jembatan gantung, maka pengunjung akan dihadapkan dengan trek jalan yang berliku dan menanjak, termasuk ketika akan mengakses Bukit Gadog yang berada 500 meter arah barat ujung jalan Grumbul itu. Untuk mecapai lokawisata yang berada di area Perhutani inilah, pengunjung bisa berjalan kaki atau pun naik sepeda motor. Namun dengan kondisi jalan yang menanjak dan tak seluruhnya dikeraskan maka pengunjung harus berhati-hati.
“Ya, saya sudah dua kali ini saya ke sini. Pertama dengan anak istri dan sekarang saya berkemah bersama teman komunitas,” ujar Samsul Musta’in (34), warga Pandansari Kecamatan Ajibarang, kemarin.
Bersama dengan empat temannya, Samsul sengaja berkemah melepas penat rutinitas yang biasa dihadapi. Dengan berkemah di Bukit Gadog mereka kembali menemukan keakraban hingga hiburan yang terjangkau. Apalagi dengan berkemah, mereka juga menemukan sejumlah hal unik lainnya.
“Selain panorama alam yang indah, kita juga mendapatkan ketenangan. Apalagi di sela melihat pemandangan alam, kita juga mendapatkan suara hiburan dangdut dari pengeras suara rumah warga yang sedang hajatan, yang berlokasi jauh di bawah bukit,” katanya.
Fasilitas Lengkap
Berkemah di Bukit Gadog terbilang cukup mudah. Apalagi di lokasi ini pengelola wisata juga telah menyediakan sarana kebersihan baik itu kamar mandi, toilet, hingga air bersih yang mengalir langsung dari alam.
Jadi ketika penikmat pemandangan yang menginap di Bukit Gadog tak harus kesulitan mendapatkan minum. Sementara untuk kebutuhan makan, warungwarung di Grumbul Cibun juga siap mengantar makanan dan kebutuhan para peserta kemah. “Di sini enak, yang penting kalau mau kemah tinggal bawa tenda, wadah air, tempat masak, makan minum saja.
Air sudah ada di sini ketika kita kehabisan bekal air minum. Untuk kopi, kita juga membeli kopi bubuk dan biji di desa ini,” tutur Dudung (36), warga Jakarta yang turut kemah di lokasi ini kemarin.
Tiap pengunjung yang akan ke Bukit Gadog maka diwajibkan membayar tiket Rp 5.000 ke loket yang dijaga warga setempat. Untuk kepentingan makanan, maka warung di lokasi ini siap menyediakan dan mengantarkan makanan ke lokasi wisata tersebut.
“Kami sudah biasa mengantarkan sejumlah kebutuhan dari para pengunjung yang datang ke sini. Kepuasan mereka adalah kebahagiaan kami, sehingga harapan nya mereka tidak hanya sekali ke sini.
Tetapi juga turut kembali ke sini dengan temantemannya yang lain,” tutur Sakim, warga Cibun. Sebenarnya selain Bukit Gadog, pemerintah desa setempat juga kini tengah menawarkan bentuk wisata edukasi dan alam lain di wilayah Desa Sunyalangu. Selain perbukitan, saat ini juga telah ditanam dan dibudidayakan tanaman nanas madu bersama kopi robusta.
Tak hanya itu, minuman khas kopi, nira aren, hingga gula aren yang telah menjadi sumber pendapatan warga setempat. “Kami punya merek kopi Sonya yang biasanya kami rekomendasikan untuk diseduh dengan pemanis berupa gula aren organik. Kopi kami punya citarasa yang khas sehingga menjadi bagian dari komoditas yang kami perjualbelikan,” kata Kepala Desa Sunyalangu, Mansur.
Sumber Situs Web Perhutani/suaramerdeka.com