“Isu daripada Whoosh itu salah satunya nanti ada negosiasi ulang. Bukan kami tentunya, tupoksinya dari kementerian lain,” pungkasnya saat ditemui usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (15/9/2025).
Erick menjelaskan sesuai kesepakatan sebelumnya, fasilitas pendukung proyek kereta cepat akan diusulkan menjadi milik pemerintah. Namun, seluruh operasional kereta tetap dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Sementara itu, perihal wacana perpanjangan jalur kereta cepat hingga Surabaya, Erick menyatakan masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut setelah struktur kepemilikan dan kerja sama dengan China diselesaikan.
“Apalagi, kami akan mendorong sampai nanti Surabaya. Artinya, struktur ini harus putus dulu sebelum kita dorong ke Surabaya,” ungkap Erick.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Danantara Indonesia akan mengurai persoalan utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), selaku pengelola kereta cepat Whoosh yang sebelumnya sempat disebut sebagai ‘bom waktu’.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengatakan bahwa penyelesaian utang kereta cepat Whoosh sudah masuk dalam rencana kerja PT Danantara Asset Management (Persero), holding operasional Danantara.
Danantara Asset Management rencananya akan merestrukturisasi empat sektor bisnis BUMN, yakni maskapai penerbangan, infrastruktur manufaktur baja, proyek kereta api cepat dan sektor asuransi pada semester II/2025.
“Ini sedang dijajaki, sedang kita lakukan penjajakan. Tentu akan kami bereskan proses itu,” kata Dony, di Smesco Indonesia, Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Diketahui ada empat perusahaan negara yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium dengan kepemilikan 60% saham KCIC.
Keempat perusahaan pelat merah tersebut adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN).
Dony, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN, menambahkan persoalan utang KCIC juga sudah dibahas KAI dengan Komisi VI DPR RI.
“Kemarin juga Dirut KAI sudah menyampaikan di DPR. Akan kami selesaikan segera dan termasuk ke dalam RKAP kita tahun ini,” ucap Dony.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin menyampaikan perseroan tengah mempelajari berbagai kendala yang dialami, termasuk kereta cepat Whoosh yang disebutnya sebagai ‘bom waktu’.
“Terutama kami dalami juga masalah KCIC seperti yang disampaikan tadi memang ini bom waktu,” pungkas Bobby.
Namun, ucapan Bobby langsung disela Wakil Ketua Komisi VI DPR dari Fraksi Gerindra, Andre Rosiade yang mengatakan bahwa KAI perlu berkoordinasi dengan Danantara untuk menyelesaikan permasalahan utang tersebut.
Berdasarkan catatan Bisnis, Whoosh telah menelan biaya investasi hingga US$7,2 miliar. Nilai investasi tersebut mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar dari target awal biaya proyek sebesar US$6 miliar.
Sebanyak 60% dari pembengkakan biaya atau sekitar US$720 juta akan dibayarkan oleh konsorsium dari Indonesia, sedangkan 40% sisanya atau sekitar US$480 juta ditanggung oleh konsorsium China.
Sumber Bisnis, edit koranbumn













