Kementerian BUMN berniat mencari mitra strategis bagi PalmCo untuk mengoptimalkan produktivitas dan kinerja dari subholding PTPN tersebut.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan bahwa kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan PalmCo, antara lain, memiliki kekuatan di downstream dan memiliki jaringan secara global untuk pemasarannya.
“Daripada kita bangun jaringan sendiri untuk distribusi global, lebih baik bekerja sama dengan partner yang sudah memiliki jaringan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (30/12/2023).
Di sisi lain, Kementerian BUMN memastikan PalmCo, tidak akan menggelar aksi initial public offering (IPO) pada 2024. Hal ini dikarenakan masih banyak pekerjaan rumah yang masih perlu dibereskan guna mengerek valuasi perusahaan.
Kartika atau akrab disapa Tiko menuturkan bahwa saat ini pihaknya belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa. Menurutnya, PalmCo masih perlu memperbaiki sejumlah hal, salah satunya meningkatkan produktivitas.
“Belum lah [PalmCo IPO 2024] karena menurut saya kalau baru dikonsolidasikan sudah IPO nanti valuasi tidak optimal,” ujar Tiko.
Dia menjelaskan bahwa salah satu pekerjaan rumah yang perlu ditempuh saat ini adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit. Hal tersebut disebabkan sejumlah lahan milik PTPN Grup berada dalam kondisi yang kurang terawat.
Dengan upaya tersebut, dia berharap produktivitas dari PalmCo dapat meningkat dan menyentuh benchmark produksi industri sawit yakni 20 ton per hektare. Adapun saat ini, kata Tiko, sejumlah lahan sawit milik PTPN masih memiliki produktivitas yang beragam.
“Kalau mau IPO, semuanya harus produktif dulu supaya nanti secara valuasi tinggi. Jika masih belang-belang, kalau IPO valuasinya tidak optimal. Jadi lebih baik di fase awal cari strategic partner dulu sampai produktivitasnya merata, baru IPO,” tuturnya.
Di sisi lain, Tiko menyatakan PalmCo dalam jangka waktu 2 – 3 tahun ke depan berpeluang besar menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan. Dia memproyeksikan subholding tersebut akan memiliki lahan sawit seluas 600.000 hektare.
Menurutnya, kepemilikan lahan tersebut akan membuat nama PalmCo bersanding dengan Sime Darby, perusahaan kelapa sawit raksasa asal Malaysia. Sime Darby diketahui memiliki luas lahan 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha.
Sumber Bisnis, edit koranbumn