PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan dua digit sejalan dengan fokus strategi yang diterapkan oleh perseroan.
Direktur Keuangan Kimia Farma I.G.N. Suharta Wijaya menjelaskan bahwa terdapat beberapa strategi yang disiapkan perseroan pada tahun ini. Menurutnya, produsen farmasi pelat merah itu fokus melakukan tranformasi ritel layanan kesehatan yang terintegrasi mulai dari apotek, klinik, hingga laboratorium diagnostik.
Selain itu, Suharta menyebut pihaknya fokus melakukan optimalisasi rantai pasok atau distribusi. Ekspansi bisnis utama juga terus dilakukan termasuk dengan mengakuisisi perseroan di bidang farmasi, alat kesehatan, termasuk rumah sakit.
“Pertumbuhan revenue kami targetkan tumbuh dua digit,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (8/1/2019).
Di sisi lain, dia mengatakan tetap mewaspadai pergerakan nilai tukar rupiah. Pasalnya, 90% bahan baku obat perseroan masih berasal dari impor.
Akan tetapi, emiten berkode saham KAEF itu menyebut telah memiliki kontrak selama dua tahun untuk bahan baku obat. Dengan demikian, dampak dari pergerakan nilai tukar diklaim relatif aman hingga akhir 2019.
Sementara itu, Suharta menyebut tren penjualan obat generik diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan. Hal itu sejalan dengan program BPJS Kesehatan. “Untuk itu obat generik berlogo [OBG] maupun non generik KAEF siap karena Pabrik Banjaran, Jawa Barat, sudah mulai beroperasi pada 2019,” imbuhnya.
Pihaknya menambahkan program digitalisasi juga terus digenjot pada 2019. Strategi tersebut khususnya untuk bisnis ritel farmasi.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kimia Farma membukukan pendapatan Rp5,30 triliun sepanjang Januari 2018-September 2018. Jumlah itu naik 23,37% dari periode yang sama tahun lalu Rp4,30 triliun.
KAEF mengamankan laba bersih Rp225,28 miliar per kuartal III/2018. Pencapaian tersebut tumbuh 17,36% dari Rp191,96 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sumber Bisnis / edit koranbumn.com