Emiten BUMN Karya mencatatkan penurunan kinerja sepanjang Januari-September 2025 di tengah proses restrukturisasi dan merger yang dilakukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia.
Penurunan kinerja tecermin dari laporan keuangan kuartal III/2025 yang dirilis PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).
Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2025, tekanan paling besar dirasakan oleh WIKA yang mencatat rugi bersih Rp3,21 triliun. Angka ini berbalik dari laba bersih Rp741,43 miliar pada periode sama tahun lalu.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menyatakan upaya peningkatan fundamental dan perolehan dukungan dari stakeholders menjadi faktor penting di tengah kondisi menantang industri infrastruktur saat ini.
Menurutnya, langkah inovasi dan transformasi diperlukan untuk mencapai fundamental keuangan yang kuat. Adapun dukungan pemangku kepentingan dinilai penting agar proses penyehatan dapat berjalan optimal.
“Kami aktif membangun komunikasi yang intensif dengan stakeholders kami, karena diperlukan dukungan dari seluruh pihak agar langkah penguatan dan penyehatan ini dapat berjalan dengan baik,” ucap Agung, Jumat (31/10/2025).
Kondisi serupa juga dialami oleh WSKT. Selama 9 bulan pertama tahun ini, perseroan mencatat rugi bersih Rp3,17 triliun. Kerugian tersebut bertambah dibandingkan dengan kuartal III/2024 yang mencapai Rp3 triliun.
Sementara itu, laba bersih PTPP dan ADHI kompak terkontraksi pada kuartal III/2025. Laba bersih PTPP turun 97,92% year on year (YoY) menjadi Rp5,55 miliar, sedangkan ADHI meraih Rp4,4 miliar atau turun 93,62% YoY.
Di tengah kondisi tersebut, holding operasional Danantara Indonesia yakni PT Danantara Asset Management (Persero) memastikan proses restrukturisasi BUMN Karya menjadi salah satu agenda yang dikebut pada 2025.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria mengatakan bahwa restrukturisasi dilakukan guna memastikan BUMN tetap sehat, berdaya saing, dan mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
“Kami di Danantara akan melakukan proses perbaikan semua perusahaan kita. Jadi, perusahaan-perusahaan sejenis terutama sekali akan kami lakukan konsolidasi supaya mereka memiliki daya saing,” ucapnya pada September lalu.
Salah satu fokus jangka pendek adalah pembentukan holding BUMN Karya. Berdasarkan proposal awal yang tengah disusun, kemungkinan ada tiga entitas konstruksi besar yang dinilai sehat secara keuangan dan operasional.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis, PT Hutama Karya (Persero) akan dipasangkan dengan Waskita Karya dan WIKA. Adapun, PTPP dengan ADHI, sementara PT Brantas Abipraya (Persero) dengan PT Nindya Karya (Persero).
“Holding karya ini sedang kami proses, sedang lihat pilihan-pilihan untuk kami lakukan merger nantinya. Tentu kami ingin perusahaan-perusahaan karya kita menjadi sehat, sehingga ini akan dilakukan konsolidasi,” pungkas Dony.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















