Produsen baja pelat merah, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional yang menghasilkan penghematan hingga Rp593 miliar per November 2018.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di hot strip mill terkait dengan peningkatan produktivitas pabrik, penghematan konsumsi energi, dan bahan konsumsi seperti gas. Total penghematan yang dihasilkan mencapai Rp593 miliar.
Di sisi lain, dia menyebut terjadi penguatan baja di pasar internasional sampai Desember 2018. Faktor penopangnya yakni pemangkasan kapasitas produksi China sebesar 30 juta ton per tahun.
Secara detail, Silmy menjelaskan bahwa harga jual produk baja naik 11% secara tahunan.
“Di sisi kinerja keuangan, perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan bersih sebesar 22,71% secara tahunan, dan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membaik sebesar 50,19% secara tahunan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Sementara itu, total volume penjualan produk baja perseroan mencapai 1,59 juta ton selama Januari-September 2018. Pencapaian itu tumbuh 14,24% dari 1,39 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
“Kami juga mencatat rekor produksi hot rolled coil tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018,” sebut Silmy.
Emiten berkode saham KRAS itu mencatat selama Januari-September 2018, pangsa pasar hot rolled coil sebesar 40%, cold rolled coil 24%, dan wire rod 7%. Adapun sisanya merupakan pangsa produsen domestik lain dan impor.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2018 perseroan, KRAS menekan kerugian 51,18% secara tahunan. Jumlah rugi bersih yang dibukukan turun dari US$75,05 juta pada kuartal III/2017 menjadi US$37,78 juta pada kuartal III/2018.
Sumber Bisnis / edit koranbumn.com
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di hot strip mill terkait dengan peningkatan produktivitas pabrik, penghematan konsumsi energi, dan bahan konsumsi seperti gas. Total penghematan yang dihasilkan mencapai Rp593 miliar.
Di sisi lain, dia menyebut terjadi penguatan baja di pasar internasional sampai Desember 2018. Faktor penopangnya yakni pemangkasan kapasitas produksi China sebesar 30 juta ton per tahun.
Secara detail, Silmy menjelaskan bahwa harga jual produk baja naik 11% secara tahunan.
“Di sisi kinerja keuangan, perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan bersih sebesar 22,71% secara tahunan, dan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membaik sebesar 50,19% secara tahunan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Sementara itu, total volume penjualan produk baja perseroan mencapai 1,59 juta ton selama Januari-September 2018. Pencapaian itu tumbuh 14,24% dari 1,39 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
“Kami juga mencatat rekor produksi hot rolled coil tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018,” sebut Silmy.
Emiten berkode saham KRAS itu mencatat selama Januari-September 2018, pangsa pasar hot rolled coil sebesar 40%, cold rolled coil 24%, dan wire rod 7%. Adapun sisanya merupakan pangsa produsen domestik lain dan impor.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2018 perseroan, KRAS menekan kerugian 51,18% secara tahunan. Jumlah rugi bersih yang dibukukan turun dari US$75,05 juta pada kuartal III/2017 menjadi US$37,78 juta pada kuartal III/2018.
Sumber Bisnis / edit koranbumn.com